PENINGKATAN KEPEDULIAN SISWA DALAM MEMELIHARA KEBERSIHAN LINGKUNGAN SEKOLAH
MELALUI GERAKAN TSP DAN BEBAS KOMIBA
A. Latar Belakang
Sekolah adalah lembaga
pendidikan yang bertugas menciptakan budaya mutu untuk mengembangkan dan
mencapai tujuan pendidikan nasional yang telah dicanangkan pemerintah.Dalam hal
ini Kementrian Pendidikan Nasional yang dituangkan dalam Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional, sebagai pusat pengembangan mutu sekolah setiap satuan
pendidikan bertanggung jawab atas ketercapaian mutu yang diharapkan.
Sekolah merupakan instansi pendidikan yang
di dalamnya terdapat siswa, guru dan tenaga administrasi sekolah.Lingkungan
kerja yang aman dan nyaman dibutuhkan agar produktifitas kepala sekolah, guru,
tenaga administrasi, dan siswa mampu meningkatkan tercapainya tujuan pendidikan
secara efektif dan efisien. Untuk itu diperlukan manajemen
lingkungan sekolah yang memadai.Lingkungan sekolah memberikan pengaruh yang
besar dalam pembentukan berbagai sifat, sikap, perasaan, pemikiran, dan unsur
psikologis lainnya (Suwarni dkk, 2011).
Kebersihan
sekolah merupakan salah satu mutu sekolah yang sangat menentukan keberhasilan
sekolah tersebut karena lingkungan sekolah merupakan faktor eksternal yang
mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan sekolah adalah sesuatu yang ada di
sekitar sekolah yang berpengaruh terhadap perkembangan dan pendidikan individu
yang berlaku yaitu lingkungan social (peran guru danperan teman) dan lingkungan
non-sosial (fasilitas belajar, suasana tempat belajar, disiplin sekolah,
kondisi fisik sekolah dan kondisi fisik non-sekolah(Muhibin, 2013).
Pada
kenyataannya banyak sekolah yang masih kotor dan terkesan kurang nyaman untuk
belajar mengajar. Hal ini terjadi juga di SMPN 1 Cugenang, keadaan
lingkungan tidak nyaman karena banyak
sekali sampah yang berserakan, WC kotor kurang terawat, taman yang tidak
disiram. Hal ini terjadi karena kurang perdulinya warga sekolah terutama
siswa.Kebersihan sering sekali dianggap ringan oleh para siswa.Banyak slogan
yang mengajak untuk menjaga kebersihan, tetapi kenyataannya siswa masih
membuang sampah sembarangan, padahal di tempat tersebut telah disediakan tempat
sampah juga sering diingatkan setiap hari oleh para guru. Disamping itusebagian
siswa tidak peduli akan keindahan lingkungan sekolah, sehingga banyak pot-pot
bunga yang tidak disiram bahkan sebagian bunganya mati dan pot bunganya miring
karena tertendang.
Kesadaran
terhadap kebersihan lingkungan pada setiap siswa di sekolah harus diiringi
dengan pengembangan kualitas karakter yang baik yang memungkinkan setiap siswa
mampu beradaptasi pada lingkungan dinamis sehingga mereka mampu menjadi insan
yang berakhlak mulia.Karakter tersebut meliputi sikap peduli, tanggung jawab
dan gotong royong.
Berdasarkan kondisi di atas, maka
kami beranggapan bahwa karakter siswa harus diperbaiki, terutama dalam
menumbuhkan sikap peduli siswa terhadap kebersihan dan keindahan lingkungan
sekolah.Selanjutnya kami melaksanakan siklus SPMI untuk menumbuhkan sikap
peduli siswa.Langkah pertama kami memetakan raport mutu yang berkaitan dengan
sikap peduli siswa.Indikator yang kami petakan adalah dari Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) yaitu no 1.1 Lulusan
memiliki kompetensi pada dimensi sikap dan sub indikator 1.1.6Memiliki perilaku
yang mencerminkan sikap peduli.Kegiatan yang kami tetapkan adalah Gerakan TSP (Tahan buang sampah sembarangan,
Simpan sampah pada tempatnya, Pungut sampah adalah sedekah) dan BEBAS KOMIBA (Berantakan rapikan, Basah
keringkan, Kotor bersihkan, Miring luruskan, Bahaya Amankan).Dengan gerakan itu
diharapkan siswa mampu berperan dan berpartisifasi aktif melibatkan diri dalam
pengelolaan kebersihan lingkungan sekolah dan lingkungan sekitar.
Bedasarkan
pada latar belakang tersebut maka SMP Negeri 1 Cugenang mengadakan gerakan TSP
dan BEBAS KOMIBA sebagai solusi yang dianggap berhasil menjawab permasalahan di
atas. Dengan demikian Best Practice ini berjudul:“Peningkatan Kepedulian Siswa dalam Memelihara Kebersihan Lingkungan
SMP Negeri 1 Cugenang melalui Gerakan TSP Dan BEBAS KOMIBA.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka identifikasi masalah pada karya tulis ini adalah
1. Rendahnya
persepsi siswa tentang lingkungan sekolah dalam rangka menumbuhkan pemahaman
terhadap kebersihan lingkungan di sekitar sekolah.
2. Rendahnya
kesadaran siswa untuk menerapkan pola hidup yang bersih dan sehat dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Rendahnya
kepedulian siswa dalam kebersihan lingkungan untuk menerapkan pendidikan
lingkungan, dan apa saja faktor-faktor yang mempengaruhinya.
C.
Batasan
Masalah
Melihat luasnya
permasalahan di atas maka perlu adanya pembatasan masalah, sesuai dengan raport
mutu yang dipetakan maka karya tulis ini hanya akan membahas sikap peduli siswa
yang masih rendah untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari.
D.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan pembatasan
masalah di atas maka rumusan masalah dalam karya tulis ini adalah “Apakah
melalui gerakan TSP dan BEBAS KOMIBA dapat meningkatkan kepedulian siswa dalam
memelihara kebersihan lingkungan di SMP Negeri
1 Cugenang?”
E.
Tujuan
Tujuan pembuatan best
practice ini adalah untuk
meningkatkan kepedulian siswa dalam
memelihara kebersihan lingkungan sekolah.
F.
Strategi
Pemecahan Masalah
Merujuk
pada masalah yang sudah diungkapkan pada bahasan sebelumnya untuk memperbaiki
nilai raport mutu SMPN 1 Cugenang pada Standar Kompetensi Lulusan khususnya
pada indikator 1.1 Lulusan memiliki kompetensi pada dimensi sikap dan sub
indikator 1.1.6Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap peduli, strategi
pemecahan masalahnya adalah mengimplementasikan SPMI untuk menumbuhkan
kesadaran siswa terhadap kebersihan dengan mengembangkan sikap peduli khususnya
terhadap lingkungan sekolah.
Strategi pemecahan masalah yang dilakukan
untuk meningkatkan kesadaran siswa dalam memelihara kebersihan lingkungan
sekolah harus dengan suatu gerakan dan bukan hanya berupa slogan-slogan yang
ditempel. Gerakan tersebut dikemas dalam kegiatan kreatif.Gerakan ini
melibatkan semua warga sekolah baik kepala sekolah, guru, TU dan terutama
siswa, karena masalah lingkungan merupakanmasalah bersama.Adapun gerakan yang
sekolah kami lakukan dinamakan TSP dan BEBAS KOMIBA.Pada gerakan ini sasaran
yang paling utama untuk memelihara kebersihan adalah siswa. Gerakan tersebut
dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan
kegiatan ini diawali dengan memetakan raport mutu dan membuat rencana pemenuhan
mutu, sesuai siklus SPMI
2. Guru
bertindak sebagai koordinator tiap tempat/ruangan yang terdapat di
lingkungan sekolah seperti ruang guru,
WC dan taman. Koordinator ini bertanggung jawab terhadap kebersihan setiap
tempat tersebut.
3. Siswa
dipilih untuk menjadi Duta Lingkungan. Ada tiga duta lingkungan yaitu duta
kebersihan, duta kesehatan dan duta penghijauan, setiap duta dipegang oleh satu
orang siswa. Duta-duta ini bertugas mengawasi kebersihan setiap tempat yang
sudah menjadi bagian tugasnya dan melaporkan keadaan tempat tersebut kepada koordinator yang bersangkutan setiap
harinya.
4. Duta-duta
tersebut mebawahi beberapa satgas. Duta Kebersihan membawahi satgas toilet,
satgas kantin dan satgas sampah. Duta Kesehatan membawahi satgas rokok dan
jumantik(juru pembasmi jentik nyamuk). Duta Penghijauan membawahi satgas taman
dan satgas lingkungan kelas.
5. Satgas
toilet dipilih delapan orang, satgas kantin dua orang, satgas sampah 6 orang,
satgas rokok 4 orang, satgas jumantik 3 orang, satgas taman tiga orang, satgas
penghijauan kelas 3 orang.
6. Satgas
mempunyai tugas menggerakan seluruh siswa untuk memelihara kebersihan dan jika
ada yang melanggar, satgas tersebut
memberitahukannya kepada duta dan
koordianator.
7. Duta
kebersihan bersama satgas toilet dan satgas sampah melaksanakan tugasnya
terutama sebelum masuk sekolah, mereka berkeliling lingkungan sekolah,
memeriksa WC dan kelengkapannya, dan pada saat istirahat mereka menggerakkan
siswa yang lain untuk melaksanakan gerakan TSP (Tahan Buang sampah sembarangan,
Simpan sampah pada tempatnya, pungut sampah adalah sedekah).
8. Duta
Kesehatan bersama satgas rokok dan jumantik,melaksanakan gerakan BEBAS KOMIBA,
memeriksa selokan atau selasar kelas, memeriksa genangan air dan mengajak siswa
yang lainnya untuk mengeringkannya, merapikannya.
9. Duta
lingkungan beserta satgas taman dan satgas lingkungan kelas, bertugas
menggerakkan siswa untuk memelihara taman sekolah, Tanaman Obat Keluarga dan
lingkungan di sekitar kelas, dalam melaksanakan TSP dan BEBAS KOMIBA.
G.
Hasil
yang Dicapai
Setelah
dilaksanakan strategi pemecahan masalah melalui gerakan TSP dan BEBAS KOMIBA,
dengan harapan terjadinya perubahan pada lingkungan sekolah SMPN 1 Cugenang
untuk menjadi lingkungan yang bersih dengan warga sekolah yang sadar untuk
memeliharanya.Hal ini terbukti bahwa dengan mengimplementasikan SPMI melalui
gerakan TSP dan BEBAS KOMIBA dapat meningkatkan karakter siswa yang sebelumnya
tidak peduli dengan lingkungan, menjadi peduli lingkungan. Dampak yang lebih
nyata terlihat dari gerakan tersebut yaitu: 1) selama sebulan lingkungan di
SMPN 1 Cugenang menjadi rapi dan berkurangnya sampah yang berserakan,2) kelas
bersih, tertib dan teratur, 3) WC menjadi bersih dan terawat, 3) taman sekolah
menjadi lebih bersih, terawat dan indah, 4) Tanaman Obat Keluarga yang semula banyak rumput liar karena jarang disiangi dan disiram menjadi subur
kembali. Dengan kondisi lingkungan sekolah kami yang seperti itu, maka SMPN
1Cugenang terpilih menjadi juara I Sekolah Sehat tingkat kabupaten dan Juara ke 5 tingkat
wilayah.
Melalui
gerakan TSP dan BEBAS KOMIBA yang dilaksanakan oleh semua warga sekolah maka
selain Lingkungan menjadi bersih, tertib dan teratur, pada Raport Mutu SMP
Negeri 1 Cugenang mengalami peningkatan capaian dari tahun sebelumnya.
Peningkatan capaian Standar Kompetensi Lulusan pada Indikator 1.1.Lulusan memiliki kompetensi pada dimensi sikap dengan nilai capaian tahun
2017 adalah 6,9 menjadi 6,96 , Sub Indikator 1.1.6 Memiliki perilaku yang
mencerminkan sikap peduli memperoleh nilai capaian 6,85 pada tahun 2017, hal
mengalami penurunan karena pada tahun 2016 nilainya mencapai 7 dan setelah
dilakukan gerakan TSP dan BEBAS KOMIBA naik menjadi 6,95 di tahun 2018.
H.
Kunci
Sukses dan Berkelanjutan
Dalam
setiap usaha tentunya memiliki kunci sukses keberhasilan di belakang usaha yang
dilakukan, kunci sukaes tersebut yaitu manakala ketika menghadapi permasalahan
dari setiap tahapan strategi usaha yang dilakukan mampu diatasi, beberapa
kendala dalam meneapkan strategi tersebut kami rangkum sebagai berikut :
1. Kegiatan
gerakan TSP dan BEBAS KOMIBA menjadi bagian dari siklus SPMI pada tahapan
perencanaan pemenuhan mutu dan selanjutnya dilaksanakan tahapan pelaksanaan
pemenuhan mutu. Dalam tahapan perencanaan pemenuhan mutu tersebut, pihak
sekolah harus merumuskan kegiatan tersebut yang disesuaikan dengan RKAS pada
tahun berjalan. Namun kenyataannya RKAS yang telah tersusun belum mampu
mendanai pelaksanaan kegiatan tersebut secara maksimal. Dengan demikian,
perumusan kegiatan tersebut memerlukan revisi seperlunya supaya bisa dimasukkan
pada anggaran RKAS, sehingga semua biaya pelaksanaan kegiatan tersebut dapat
dipenuhi dari anggaran BOS.
2. Siswa
yang menjadi duta dan satgas dalam melaksanakan tugas untuk menggerakkan
seluruh siswa terlibat dan peduli dalam kegiatan kebersihan lingkungan tentu
saja banyak kendala diantaranya siswa yang diajak untuk melaksanakan gerakan
TSP dan BEBAS KOMIBA ada yang tidak mau mengerjakannya bahkan melawan duta dan
satgas. Hal ini kami atasi dengan cara pemanggilan siswa oleh koordinator tempat
yang bersangkutan untuk diberikan pengarahan tentang pentingnya sikap peduli
terhadap lingkungan. Disamping itu juga selalu diberi pengarahan pada semua
siswa di beberapa kesempatan seperti di saat upacara bendera.
3. Kerja
duta dan satgas terbatas waktunya, hanya saat sebelum masuk sekolah dan waktu
istirahat saja, sehingga tidak setiap waktu lingkungan sekolah dapat terpantau.
Solusi dari masalah tersebut, kami selaku warga sekolah baik itu Kepala
Sekolah, Guru dan TU secara bersama-sama memperhatikan kebersihan lingkungan
dengan menerapkan TSP dan BEBAS KOMIBA. Dengan kerjasama seluruh warga sekolah
akhirnya lingkungan sekolah menjdi bersih dan indah.
4. Kesadaran
untuk melaksankan Gerakan TSP dan BEBAS KOMIBA tidaklah mudah tanpa dibarengi
sikap peduli dari seluruh warga sekolahkhususnya siswa, oleh sebab itu sebelum
pelaksanaan kegiatan Gerakan TSP dan BEBAS KOMIBA kami membuat komitmen bersama
yang disepakati dan ditandatangani oleh seluruh warga sekolah.
I.
Dampak
bagi Sekolah
Adapun dampak bagi sekolah dari kegiatan tersebut
diantaranya :
1.
Siswa
jadi terbiasa hidup bersih dan rapi, sehingga lingkungan sekolah menjadi bersih
dan indah
2.
Siswa
terbiasa membuang sampah pada tempatnya
3.
Kerjasama
dan gotong royong yang selama ini dilakukan meningkatkan persaudaraan diantara
warga sekolah
4.
SMPN
1 Cugenang menjadi rujukan kebersihan dan kesehatan lingkungan bagi sekolah
lain disekitarnya, setelah menjadi juara sekolah sehat.
J.
Simpulan
Bedasarkan
pemaparan di atas mengenai peningkatan kesadaran siswa dalam memelihara kebersihan lingkungan
SMP Negeri 1 Cugenang melalui gerakan TSP dan BEBAS KOMIBA, secara umum dapat
dipaparkan simpulan, setelah dilaksankan gerakan ini siswa jadi terbiasa untuk
perduli pada lingkungan sekolah, meskipun pada awalnya masih selalu diawasi,
karena gerakan ini dilaksankan konsisten sehingga menjadi pembiasaan bagi
seluruh siswa bahkan seluruh warga SMPN 1 Cugenang. Hal itu pula yang membawa
SMPN 1 Cugenang menjadi juara 1 Sekolah Sehat tingkat kabupaten Cianjur.
Strategi kegiatan Gerakan TSP dan BEBAS KOMIBA sangat sesuai dilaksanakan di
SMPN 1 Cugenang, bahkan mungkin juga di sekolah-sekolah yang lain.
Kegiatan
SPMI dapat menciptakan budaya mutu warga sekolah ditandai dengan adanya
komitmen, motivasi, kerjasama dan kepedulian terhadap lingkungan sekolah.
Kegiatan pemenuhan mutu dengan berbagai kegiatan dapat meningkatkan kualitas
sekolah, dan menjadi solusi pada setiap permasalahan di sekolah, misalanya masalah kebersihan lingkungan sekolah.
K.
Rujukan
Kemendikbud.(2016). Petunjuk Pelaksanaan
Penjaminan Mutu Pendidikan oleh Satuan Pendidikan. Jakarta.
Permendikbud No. 20 Tahun 2016 Tentang
Standar Kompetensi Lulusan
Mendikbud Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah.(2017). Indikator Mutu. Jakarta.
Raport Mutu Tahun 2016, 2017 dan 2018