PEMBELAJARAN DENGAN MODEL KOOPERATIF TYPE STAD
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak
ditetapkannya Permendiknas No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan berikutnya
Permendiknas No 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan(SKL), maka
sekolah dari jenjang pendidikan dasar dan menengah diterapkan kerikulum baru
yang dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sebagai
penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis kompetensi (KBK) tahun 2004. Semangat
yang menjadi dasar pemberlakuan KTSP ini adalah semangat perubahan, perubahan
dari suasana keterpasungan menjadi suasana yang penuh dengan kebebasan dan
kreativitas. Dari segi proses pembelajaran, KTSP menghembuskan perubahan dari
model pembelajaran yang berpusan pada guru (Teacher
Centerd) menjadi model pembelajaran yang berpusat pada siswa ( Student Centered), perubahan dari
kegiatan mengajar menjadi kegiatan membelajarkan.
Penerapan KTSP
membuat guru semakin pintar dan kreatif, karena dituntut harus mampu menyusun
sendiri kurikulum yang disesuaikan dan tepat bagi siswa, guru dituntut harus
mampu merencanakan sendiri materi pelajarannya untuk mencapai kompetensi yang
telah ditetapkan. Hal ini berbeda dengan
kurikulum sebelumnya yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, guru tinggal
menerapkannya, sehingga nyaris tidak memberikan ruang dan tantangan bagi
perkembangan ide dan kreativitas guru.
Selain
perubahan-perubahan besar dan mendasar yang dihembuskan oleh KTSP, tantangan
yang dicapai oleh guru tidaklah semakin ringan, melainkan semakin berat.
Penerapan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan sebagai acuan dasar dalam
penyusunan KTSP membawa konsekuensi yang tidak ringan dalam implementasinya di
lapangan. Hal ini berarti KTSP menuntut adanya profesionalisme yang tinggi dari
seorang guru.
Pada
pembelajaran matematika, KTSP menghendaki dilakukannya perubahan mendasar dalam
kegiatan pembelajaran di kelas. Kesalan yang selama ini terjadi dalam
penyelenggaraan pembelajaran matematika harus ditingkatkan. Tugas seorang guru
sekarang ini bukanlah “mengajar matematika”, tetapi “membelajarkan siswa
tentang matematika”. Hal ini berarti bahwa kegiatan pembelajaran harus berpusat
pada siswa, bukan pada guru. Guru tidak lagi harus mendominasi kegiatan
pembelajaran dengan metode ceramah sampai berbusa-busa, sementara siswa hanya
duduk manis mendengarkan samapi bengong atau bahkan sampai terkantuk-kantu.
Dengan demikian
proses belajar mengajar Matematika bukan sekedar transfer ilmu dari guru kepada
siswa. Pola interaksi seharusnya terjadi antara siswa dengan materi dan guru
hanya bertindak sebagai motivator, fasilitator dan supervisor. Itulah perubahan
mendasar dalam pola pembelajaran matematika yang harus diakomodir dan disikapi
secara positif oleh guru matematika seiring dengan penerapan KTSP.
Namun demikian,
meskipun sikap positif terhadap perubahan telah diakomodir oleh guru, bukan
berarti bahwa guru akan serta merta terbatas sama sekali dari masalah-masalah
yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran di kelas
sepertinya akan selalu memunculkan parmaslahan seiring dengan perkembangan
pribadi didik dan seiring pula dengan perkembangan sekolah dan tuntutan
masyarakat yang semakin dinamis. Terkait dengan itu tugas guru adalah merespon
dan mencari pemecahan masalah yang timbul sepanjang masih dalam batas jangkauan
kompetensi dan profesi demi tercapainya suasana belajar yang lebih baik dan
kondusif dan demi tercapainya tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
Seperti halnya
yang terjadi dalam pembelajaran matematika di kelas IX B Semester Ganjil Tahun
Pelajaran 2010/2011, khususnya terhadap penguasaan Konsep Kesebangunan, guru
dengan berbagai cara telah mengusahakan agar semua siswa aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Pembelajaran standar juga telah dilakukan oleh guru, berbagai
media pembelajaran yang ada di sekolah telah dimanfaatkan, berbagai bentuk
penugasan telah diberikan pula untuk dilaksanakan oleh siswa, baik di dalam
maupun di luar kelas, mulai dari tugas terstruktur dan tugas mandiri tidak
terstruktur. Namun demikian, dalam berbagai kesempatan tanya jawab, ulangan
harian, aktivitas dan prestasi belajar siswa sangat rendah. Sebagian besar
siswa beranggapan bahwa pembelajaran matematika adalah membosankan dan sulit
serta siswa memperlihatkan aktivitas yang tidak relevan dengan pembelajaran,
seperti kelihatan bengong, melamun, kurang bergairah, kurang memperhatikan,
berbicara dengan teman ketika dijelaskan. Sementara nilai ulangan kenaikan
kelas dari kelas VIII ke kelas IX mata
pelajaran matematika di kelas IX B ini
masih berada 45% yang berhasil mencapai batas KKM yaitu 75.
Melihat data
aktivitas dan prestasi belajar siswa yang demikian rendah maka perlu guru harus
secepatnya melakukan tindakan atau mengidentifikasi permasalahan seris dalam
kegiatan pembelajaran yang harus dicari pemecahannya. Bertolak dari
permasalahan tersebut maka guru dapat mendiagnosis faktor-faktor yang mungkin
menjadi penyebab timbulnya masalah tersebut. Dapat diperoleh beberapa faktor
kemungkinan penyebab, diantaranya adalah:
1.
Rendahnya minat dan motivasi belajar
siswa,
2.
Penyampaian materi dari guru,
3.
Metode yang dipakai oleh guru membuat
bosan, jenuh,
4.
Kesulitan pemahaman konsep dan kerjasama
di antara siswa.
Dari berbagai
faktor kemungkinan penyebab tersebut guru lebih condong pada faktor 1 dan 3
yaitu faktor rendahnya minat dan motivasi belajar siswa serta faktor metode
yang dipakai guru monoton diduga kuat
sebagai faktor utama penyebab rendahnya aktivitas dan prestasi belajar siswa
kelas IX B SMP Negeri 1 Sukaresmi Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2010/2011pada
Konsep Kesebangunan. Dugaan tersebut sangat beralasan, karena siswa kelas IX B
motivasi belajar siswa masih rendah hal ini ada kemungkina adanya metode yang
kurang tepat dan monoton dalam pembelajaran sehingga siswa merasa jenuh, bosan.
Sebagai langkah
dan upaya pemecahan terhadap masalah yang timbul dalam pembelajaran matematika
di kelas IX B Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2010/ 2011 tersebut maka peneliti
mengambil tinadakan bahwa dalam pembelajaran pada Konsep Kesebangunan ini
menggunakan ”Metode Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ( Student Teams Achievement Divisions)”. Banyak ahli berpendapat
bahwa metode pembelajaran kooperatif memiliki keunggulan dalam membantu siswa
memahami konsep-konsep yang sulit. Pembelajaran kooperatif juga dinilai bisa
menumbuhkan sikap multikultural dan sikap penerimaan terhadap perbedaan
individu, baik yang menyangkut perbedaan kecerdasan, status sosial ekonomi,
gender, budaya, dan lain sebagainya. Selain itu pembelajaran kooperatif mengajarkan ketrampilan bekerjasama atau
teamwork. Pembelajaran kooperatif sangat menekankan tumbuhnya aktivitas dan
interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam
menguasai materi pelajaran demi tercapainya prestasi yang optimal.
Berdasarkan pemikiran yang telah terurai maka
pnelitian tindakan kelas ini dengan judul :“Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) untuk Meningkatkan Aktivitas dan
Prestasi Belajar Matematika pada Konsep Kesebangunan.
(Penelitian Tindakan Kelas Pada Mata Pelajaran Matematika di SMP Negeri 1
Sukaresmi Kelas IX B Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2010/2011)”.
Pada akhirnya diharapkan, melalui penerapan metode pembelajaran
koopertif tipe STAD ini nantinya dapat memacu tumbuhnya semangat, saling
membantu dan saling memotivasi di antara siswa, dan akhirnya juga dapat
meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar pada mata pelajaran
matematika, khususnya pada konsep Kesebangunan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang masalah yang telah diuraikan dan supaya penelitian ini
lebih terarah maka perlu dirumuskan masalah pokok yang ingin dicari jawaban
pemecahannya adalah sebagai berikut:
1. Apakah
dengan mengunakan metode Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dalam pembelajaran Matematika
dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa dan prestasi
belajar siswa pada konsep Kesebangunan di SMP Negeri 1 Sukaresmi kelas IX B?
2. Bagaimana
Proses meningkatkan aktivitas siswa dan prestasi belajar siswa pada konsep
Kesebangunan sebelum dan sesudah
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement
Devisions)?.
3. Seberapa
besar peningkatan aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa pada konsep Kesebangunan dengan Penerapan Metode
Pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student
Taeams Achievement Divisions)?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Penggunaan
Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
(Student Teams Achievement Divisions)
dapat membantu meningkatkan aktivitas belajar siswa dan prestasi belajar siswa
pada konsep Kesebangunan di Kelas IX B SMP Negeri 1 Sukaresmi Kabupaten
Cianjur.
2. Peningkatan
proses belajar dan aktivitas siswa dan prestasi belajar siswa pada konsep Kesebangunan sebelum dan sesudah
menggunakan motode pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions).
3.
Peningkatan aktivitas belajar siswa
dan prestasi belajar siswa pada konsep
Kesebangunan melalui Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ( Student Teams Achievement Divisions).
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari
penelitian tindakan kelas dengan menggunakan Metode pembelajaran
kooperatif type STAD (Student Teams Achievement Divisios) ini
akan memberikan manfaat seperti di bawah ini:
1. Bagi
siswa:
a. Menjadikan
Proses Pembelajaran Matematika lebih menyenangkan dan berkesan serta tidak
menjenuhkan.
b. Melatih
siswa untuk meningkatkan kerjasama, saling membantu dan saling memotivasi dalam
belajar.
c. Meningkatkan
aktivitas belajar siswa dalam konsep Kesebangunan.
d. Melatih tanggung jawab siswa dalam menyelesaikan
masalah atau menyelesaikan soal.
e. Membantu
pemahaman konsep kesebangunan dan pemecahan masalah dalam konsep Kesebangunan.
2. Bagi
Guru:
a. Meningkatkan
kompetensi profesionalisme guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran
yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan.
b. Memperbaiki
dan meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan kemampuan menulis penelitian.
c. Meningkatkan
kualitas proses pembelajaran Matematika
yang bisa diidolakan oleh siswa.
d.
Meningkatkan keterampilan guru dalam
menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi dasar.
3. Bagi
Sekolah:
a. Hasil
penelitian ini bisa menambah referensi dan khazanah kepustakaan sekolah.
b. Memberikan
masukan dalam mengembangkan kualitas pembelajaran.
c.
Meningkatkan mutu lulusan SMP Negeri 1
Sukaresmi yang berkualitas.
d.
Penggunaan Model Pembelajaran Tipe Numbered Head Together (NHT) ini dapat
dijadikan sebagai pertimbangan dalam menetapkan kebijakan KTSP.
e.
Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
(Student Teams Achievement Divisions)
sebagai salah satu model pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas belajar
siswa dan prestasi belajar siswa.
E. Hipotesis Tindakan
Dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Taems Achievement Divisions) pada konsep Kesebangunan, maka aktivitas
belajar siswa dan prestasi belajar siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Sukaresmi
Kabupaten Cianjur menunjukan peningkatan yang signifikan.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
A. Metode Pembelajaran Kooperatif
1.
Pengertian
Cooperative learning mencakup suatu kelompok kecil
siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah,
menyelesakan suatu tugas, atau untuk mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan
bersama lainnya. Bukanlah cooperative
learning jika siswa duduk bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan
mempersilahkan salah seorang diantaranya untuk menyelesaikan pekerjaan seluruh
kelompok. Menurut Suherman dkk (2003:260) cooperative
learning menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar
sesamanya sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah
atau tugas.
Menurut Suherman dkk (2003:260) ada beberapa hal yang perlu
dipenuhi dalam cooperative learning agar lebih menjamin para siswa
bekerja secara kooperatif, hal tersebut meliputi: pertama para siswa yang
tergabung dalam suatu kelompok harus merasa bahwa mereka adalah bagian dari
sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai. Kedua para siswa
yang tergabung dalam sebuah kelompok harus menyadari bahwa masalah yang mereka
hadapi adalah masalah kelompok dan bahwa berhasil atau tidaknya kelompok itu
akan menjadi tanggung jawab bersama oleh seluruh anggota kelompok itu. Ketiga
untuk mencapai hasil yang maksimum, para siswa yang tergabung dalam kelompok
itu harus berbicara satu sama lain dalam mendiskusikan masalah yang
dihadapinya.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa dalam "setting" kelas kooperatif, siswa
lebih banyak belajar dari teman ke teman yang lain di antara sesama siswa dari
pada belajar dari guru. Hasil lain penelitian juga menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang amat positif untuk siswa yang
rendah hasil belajarnya.
Menurut Sanjaya (2007: 239-240), “Model pembelajaran
kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam
kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan dan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara empat
sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis
kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen)”.
2.
Manfaat
Pembelajaran Kooperatif
Manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil
belajar yang rendah, antara lain (Ibrahim dkk, 2000:18) seperti berikut ini:
1)
Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas.
2)
Rasa harga diri menjadi lebih tinggi.
3)
Memperbaiki sikap terhadap IPA dan sekolah.
4)
Memperbaiki kehadiran.
5)
Angka putus sekolah menjadi rendah.
6)
Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi
lebih besar.
7)
Perilaku menggangu menjadi lebih kecil.
8)
Konflik antar pribadi berkurang.
9)
Sikap apatis berkurang.
10) Pemahaman
yang lebih mendalam
11)
Motivasi lebih besar.
12)
Hasil belajar lebih tinggi.
13)
Retensi lebih lama.
3.
Langkah-Langkah
Pembelajaran Kooperatif
Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif adalah sebagai
berikut:
1)
Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa yaitu guru
menyampaikan semua tujuan pelajaran yang
ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa.
2)
Menyajikan informasi yaitu guru menyajikan informasi
kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
3)
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok
besaryaitu guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok
belajar dan membuat setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
4)
Membimbing kelompok belajar dan bekerja yaitu guru
membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mengerjakan tugas.
5)
Evaluasi yaitu guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya.
6)
Memberikan penghargaan yaitu guru mencari cara-cara
untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
B. Metode Pembelajaran Type STAD
1.
Pengertian
Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis
yang mengisyaratkan adanya orang yang mengajar dan belajar dengan didukung oleh
komponen lainnya, seperti kurikulum, fasilitas belajar mengajar. Dalam proses
tersebut, terdapat kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode atau
pendekatan untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.
STAD
merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.
Pembelajaran Kooperatif type STAD merupakan pendekatan yang dikembangkan untuk
melibatkan siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran
(Rachmadinarti, 2001)
Pada Model Pembelajaran Kooperatif type STAD siswa
dalam suatu kelas tertentu dibagi menjadi kelompok dengan 4–5 siswa, dan setiap
kelompok harus heterogen, yang berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan
tinggi, sedang dan rendah, anggota tim menggunakan lembar kegiatan untuk
menuntaskan materi pembelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain
untuk memahami materi pelajaran melalui tutorial, lembar kerja siswa dengan
diskusi (rachmadinarti, 2001). Metode diskusi yang digunakan dalam pembelajaran
Kooperatif type STAD ini dengan ceramah, tanya jawab, diskusi dan sebagainya.
Yang disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan siswa (Permana, 2004).
2.
Langkah-langkah
STAD
Menurut Slavin (2010) ada 5 langkah utama di dalam pembelajaran yang
menggunakan model pembelajaran STAD, yaitu:
1) Penyajian Kelas
Tujuannya adalah menyajikan materi
berdasarkan pembelajaran yang telah disusun. Setiap
pembelajaran dengan model STAD, selalu dimulai dengan penyajian kelas. Sebelum
menyajikan materi, guru dapat memulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran,
memberikan motivasi untuk berkooperatif dan sebagainya.
Materi
dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam persentasi di dalam kelas. Ini
merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi
pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi
audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa
presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit STAD. Dengan cara
ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar member perhatian
penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu
mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka.
Penyajian tersebut mencakup pembukaan, pengembangan
dan latihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran dengan penekanan dalam
penyajian materi pelajaran.
a. Pembukaan
1) Menyampaikan
pada siswa apa yang hendak mereka pelajari dan mengapa hal itu penting.
Timbulkan rasa ingin tahu siswa dengan demonstrasi yang menimbulkan teka-teki,
masalah kehidupan nyata, atau cara lain.
2) Guru
dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk menemukan konsep atau
merangsang keinginan mereka pada pelajaran tersebut.
3) Ulangi
secara singkat keterampilan atau informasi yang merupakan syarat mutlak.
b. Pengembangan
1) Kembangkan
materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam
kelompok.
2) Pembelajaran
kooperatif menekankan bahwa belajar adalah memahami makna bukan hapalan.
3) Mengontrol
pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan.
4) Memberi
penjelasan mengapa jawaban pertanyaan tersebut benar atau salah.
5) Beralih
pada konsep yang lain jika siswa telah memahami pokok masalahnya.
c. Latihan
Terbimbing
1)
Menugaskan
semua siswa mengerjakan soal atas pertanyaan yang diberikan.
2)
Memanggil
siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan soal. Hal ini bertujuan
supaya semua siswa selalu mempersiapkan diri sebaik mungkin.
3)
Pemberian tugas kelas tidak boleh
menyita waktu yang terlalu lama. Sebaiknya
siswa mengerjakan satu atau dua masalah (soal) dan langsung diberikan umpan
balik.
2) Tahapan Kegiatan Belajar Kelompok
Tim adalah fitur yang paling penting
dalam STAD. Pada setiap poinnya, yang ditekankan adalah membuat tim, dan tim
pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya. Tim ini memberikan
dukungan kelompok bagi kinerja akademik penting dalam pembelajaran, dan itu
adalah untuk memberikan perhatian dan respek yang mutual yang penting untuk
akibat yang dihasilkan seperti hubungan antar kelompok, rasa harga diri, penerimaan
terhadap siswa-siswa mainstream.
Tim ini terdiri dari empat atau enam
siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis
kelamin, ras dan etnis. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua
anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi adalah untuk
mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru
meyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau
materi lainnya. Yang paling sering terjadi, pembelajaran itu melibatkan
pembahasan permasalahan bersama, membandingkan jawaban dan mengoreksi tiap
kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan.
Selanjutnya
langkah-langkah yang dilakukan guru sebagai berikut:
1.
Mintalah anggota kelompok
memindahkan meja/ bangku mereka bersama-sama dan pindah ke meja kelompok.
2.
Berilah waktu lebih kurang 10
menit untuk memilih nama kelompok.
3.
Bagikan lembar kegiatan siswa.
4.
Serahkan pada siswa untuk
bekerja sama dalam pasangan, bertiga atau satu kelompok utuh, tergantung pada
tujuan yang sedang dipelajari. Jika mereka mengerjakan soal, masing-masing
siswa harus mengerjakan soal sendiri dan kemudian dicocokkan dengan temannya.
Jika salah satu tidak dapat mengerjakan suatu pertanyaan, teman satu kelompok
bertanggung jawab menjelaskannya. Jika siswa mengerjakan dengan jawaban pendek,
maka mereka lebih sering bertanya dan kemudian antara teman saling bergantian
memegang lembar kegiatan dan berusaha menjawab pertanyaan itu.
5.
Tekankan pada siswa bahwa
mereka belum selesai belajar sampai mereka yakin teman-teman satu kelompok
dapat mencapai nilai sampai 100 pada kuis. Pastikan siswa mengerti bahwa lembar
kegiatan tersebut untuk belajar tidak hanya untuk diisi dan diserahkan. Jadi
penting bagi siswa mempunyai lembar kegiatan untuk mengecek diri mereka dan
teman-teman sekelompok mereka pada saat mereka belajar. Ingatkan siswa jika
mereka mempunyai pertanyaan, mereka seharusnya menanyakan teman sekelompoknya
sebelum bertanya guru.
6.
Sementara siswa bekerja dalam
kelompok, guru berkeliling dalam kelas. Guru sebaiknya memuji kelompok yang
semua anggotanya bekerja dengan baik, yang anggotanya duduk dalam kelompoknya
untuk mendengarkan bagaimana anggota yang lain bekerja dan sebagainya.
3) Tahapan Menguji Kinerja Individu
Untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan belajar telah dicapai, diadakan tes secara individual, setiap
siswa berusaha untuk bertanggung jawab secara individual, melakukan yang
terbaik sebagai kontribusinya kepada kelompok mengenai materi yang telah
dibahas. Pada penelitian ini tes individual diadakan pada akhir pertemuan,
masing-masing selama 10 menit agar siswa dapat menunjukkan apa yang telah
dipelajari secara individu selama bekerja kelompok. Skor perolehan individu ini
didata dan diarsipkan, yang akan digunakan pada perhitngan perolehan skor
kelompok.
4) Penskoran Peningkatan Individu
Perhitungan skor
dihitung berdasarkan skor awal, dalam penelitian ini didasarkan pada nilai
evaluasi hasil belajar materi sebelumnya. Berdasarkan skor awal setiap siswa
memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi
kelompoknya berdasarkan skor tes yang diperolehnya. Perhitungan perkembangan
skor individu dimaksudkan agar siswa terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik
sesuai dengan kemampuannya. Adapun perhitungan skor pekembangan individu
dikemukakan Slavin (2010) seperti terlihat pada tabel berikut:
No
|
Skor Test
|
Skor Perkembangan
Individu
|
1
|
Lebih dari 10 poin dibawah skor
awal
|
5
|
2
|
10 hingga 1 poin dibawah skor
awal
|
10
|
3
|
Skor awal sampai 10 poin
diatasnya
|
20
|
4
|
Lebih dari 10 poin diatas skor
awal
|
30
|
5
|
Nilai sempurna (tidak berdasarkan
skor awal)
|
30
|
Perhitungan skor dkelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan
masing-masing perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai jumlah
anggota kelompok. Pemberian penghargaan diberikan berdasarkan perolehan skor
rata-rata yang dikategorikan menjadi kelompok baik, kelompok hebat dan kelompok
super. Adapun kriteria yang digunakan untuk menentukan pemberian penghargaan
terhadap kelompok adalah sebagai berikut:
1) Kelompok
dengan skor rata-rata 15, sebagai kelompok baik,
2) Kelompok
dengan skor rata-rata 20, sebagai kelompok hebat,
3) Kelompok
dengan skor rata-rata 25 sebagai kelompok super.
Tujuan memberikan skor
peningkatan individu adalah memberikan kesempatan bagi setiap siswa untuk
menunjukkan gambaran kinerja pecapaian tujuan dan hasil kerja maksimal yang
telah dilakukan setiap individu untuk kelompoknya.
5) Tahapan Mengukur Kinerja Kelompok
Setelah kegiatan penskoran peningkatan
individu selesai, langkah selanjutnya adalah pemberian penghargaan kepada
kelompok. Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan skor peningkatan kelompok
yang diperoleh. Adapun langkah-langkah yang peneliti gunakan dalam proses
pembelajaran model kooperatif type STAD
adalah sebagai berikut:
No
|
Tahap
|
Tingkah
Laku Guru
|
1
|
Tahap
pendahuluan
|
Guru memberikan informasi kepada siswa tentang
materi yang akan dipelajari, tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi agar
siswa tertarik pada materi.
Guru membentuk
siswa kedalam kelompok yang sudah direncanakan. Mensosialisasikan kepada
siswa tentang model pembelajaran yang digunakan dengan tujuan agar siswa
mengenal dan memahaminya.
Guru
memberikan apersepsi yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas.
|
2
|
Tahap
Pengembangan
|
Guru
mendemonstrsikan konsep dengan berbagai contoh soal.
Guru
membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai bahan diskusi kepada masing
–masing kelompok.
Siswa
diberikan kesempatan untuk mendiskusikan LKS bersama dengan anggota
kelompoknya.
Guru membantu
kerja dari tiap kelompok dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan
|
3
|
Tahap
Penerapan
|
Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal yang ada dalam
LKS dengan waktu yang ditentukan, siswa diharapkan bekerja secara individu
tetapi tidak menutup kemungkinan mereka saling bertukar pikiran dengan
anggota yang lainnya.
Setelah siswa
selesai mengerjakan soal lembar jawabannya kemudian dikumpulkan untuk mecari
skor
|
6) Keuntungan Model Pembelajaran
Kooperatif tipe STAD
Kelebihan dalam penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut:
a. Dapat
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan ketrampilan bertanya dan
membahas suatu masalah.
b. Mengembangkan
serta menggunakan keterampilan berpikir kritis dan kerjasama kelompok.
c. Dapat
menyuburkan hubungan antar pribadi yang positif diantara siswa.
d. Dapat
mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan ketrampilan berdiskusi.
e. Dapat
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai,
menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain
f. Dapat
menciptakan lingkungan yang menghargai nilai-nilai ilmiah.
7) Kelemahan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Selain keunggulan model pembelajaran tipe STAD tetapi
terdapat juga kelemahan atau kekurangan. Adapun Kekurangan model pembelajran
tipe STAD adalah sebagai berikut:
a. Kerja
kelompok hanya melibatkan siswa yang mampu memimpin dan mengarahkan siswa yang
kurang.
b. Sejumlah
siswa mungkin bingung karena belum terbiasa dengan perlakuan seperti ini.
C. Aktivitas Belajar
1.
Pengertian
Aktivitas
belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan
fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa ketrampilan-ketrampilan
dasr sedangkan kegiatan psikis berupa ketrampilan terintegrasi. Ketrampilan
dasar yaitu mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menghitung
menyimpulkan dan mengkomunikasikan.
Sedangkan ketrampilan terinegrasi terdiri dari mengidentifikasi variabel,
membuat tabulasi, menyajikan data, menggambarkan hubungan antar variabel,
mengumpulkan dan mengolah, menganalisis.
Pada prinsipnya
belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Aktivitas
merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. Dalam
aktivitas belajar ada beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu
jiwa, yaitu pandangan ilmu jiwa lama dan moderen. Menurut pandangan ilmu jiwa
lama, aktivitas didominasi oleh guru sedangkan menurut pandangan ilmu jiwa
moderen, aktivitas didominasi oleh siswa.
Aktivitas
belajar sebagai proses yang terdiri beberapa unsur yaitu: tujuan belajar, siswa
yang termotivasi, tingkat kesulitan belajar, stimulus dari lingkungan, siswa
yang memahami situasi, dan pola respon siswa (Sudjana, 2005:105)
Menurut Anton M.
Mulyono (2001:26), Aktivitas mempunyai arti ”Kegiatan atau keaktifan”, jadi
segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik
maupun non-fisik, merupaka aktifitas. Jadi aktivitas adalah segala kegiatan
yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama
proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi
siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan
ciri-ciri perilaku seperti: sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau
mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi
tugas belajar.
Seorang pakar
pendidikan , Trinandita (1984) menyatakan bahwa ”hal yang paling mendasar yang
dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktofan siswa”. Keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru
dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan
suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat
melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa
akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan ketrampilan yang akan
mengarah pada peningkatan prestasi siswa.
Kegiatan atau
aktivitas belajar yang dapat dilakukan siswa di kelas, tidak hanya mendengarkan
dan mencatat saja tetapi ada beberapa macam kegiatan (aktifitas) siswa menurut
Nasution, (2004:9) antara lain:
a.
Visual
Activities
seperti membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan.
b.
Oral Activities seperti
menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, diskusi
dan lain sebagainya.
c.
Listening
Activities
seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, music, pidato dan lain
sebagainya.
d.
Writing
Activities
seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin dan
sebagainya.
e.
Drawing
Activities seperti menggambar, membuat grafik, peta, grafik, pola dan sebagainya.
f.
Motor
Activities seperti melakukan percobaan, membuat kontrusi, model,
mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang dan sebagainya.
g.
Mental
Activities
seperti mengingat, menanggap, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan,
mengambil keputusan, dan sebagainya.
h.
Emotional
Activities
seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup dan
sebagainya.
Kegiatan-kegiatan
tersebut tidak terpisah satu sama lain. Dalam suatu kegiatan motoris terkandung
kegiatan mental dan disertai oleh perasaan tertentu, dan sebagainya. Dalam tiap
pelajaran dapat dilakukan bermacam-macam kegiatan atau aktivitas siswa sesuai
dengan karakteristiknya.
2.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar
Dalam aktifitas
belajar, seorang individu membutuhkan suatu dorongan atau motivasi sehingga
sesuatu yang diinginkan dapat tercapai, dalam hal ini beberapa faktor yang
mempengaruhi antara lain:
a. Faktor
Individual seperti kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi,
dan faktor pribadi.
b. Faktor
Sosial seperti keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajar, alat-alat dalam
belajar. (Purwanto, 2002:102)
Dalam pendapat lain, faktor lain
yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar yakni:
a. Faktor–Faktor
Intern
a)
Faktor Jasmaniah seperti kesehatan,
cacat tubuh dan sebagainya;
b) Faktor
Psikologis sepert Integensi, Minat, Motivasi, Perhatian, Bakat, Kematangan,
kesiapan;
c) Faktor
kelelahan seperti kelelahan jasmani, rohani.
b. Faktor–faktor
ekstern
a) Faktor
Keluarga seperti cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga,
suasana rumah, metode belajar;
b) Faktor
Sekolah seperti:
· Metode
mengajar dan kurikulum
· Hubungan
guru dan siswa
· Disiplin
siswa
· Alat
pengajaran dan waktu belajar
· Standar
pelajaran dan tugas ruamah
c)
Faktor Masyarakat seperti
·
Kegiatan siswa dalam masyarakat,
·
Mass media dan tempat bergaul,
·
Bentuk kehidupan masyarakat.
Adanya berbagai
faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar yang telah disebutkan maka faktor
tersebut dapat memberikan suatu kejelasan tentang proses belajar yang mudah
dipahami oleh siswa. Dengan demikian seorang guru harus benar-benar memahami
dan memperhatikan adanya faktor tersebut pada siswa, sehingga didalam
memberikan dan melaksanakan proses belajar mengajar harus memperhatikan faktor
tersebut, baik dari psikologis, lingkungan atau faktor intern dan ekstern.
Terkait dengan
hal yang telah disebutkan, maka Dimyanti dan Mudjiono mengemukakan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi Aktivitas, Motivasi belajar antara lain:
1) Cita-cita/
aspirasi
Cita-cita
merupakan satu kata tertanam dalam jiwa seorang individu. Cita-cita merupakan
angan-angan yang ada di imajinasi seorang individu, dimana cita-cita tersebut
dapat dicapai akan memberikan suatu kemungkinan tersendiri pada individu
tersebut. Adanya cita-cita juga diiringi oleh perkembangan dan pertumbuhan
kepribadian individu yang menimbulkan motivasi dan aktivitas yang besar untuk
meraih cita-cita yang diinginkan.
2) Kemampuan
Siswa
Kemampuan dan
kecakapan setiap individu akan memperkuat adnya motivasi dan aktivitas.
Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan membaca, memahami sehingga
doronganyang ada pada diri individu akan tinggi.
3) Kondisi
siswa dan lingkungan
Kondisi siswa
adalah kondisi jasmani dan rohani. Apabila kondisi stabil dan sehat maka
aktivitas belajar dan motivasi belajr akan bertambah dan prestasinya akan
meningkat, begitu juga dengan kondisi lingkungan siswa keluarga maupun
masyarakat mendukung, maka aktivitas belajar dan motivasi belajar pasti ada dan
meningkat.
4) Unsur
Dinamis dalam belajar
Dinamis artinya
seorang individu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar, tempet
dimana tinggal seprang individu akan memperoleh pengalaman
5) Upaya
guru dalam membelajarkan siswa
Guru adalah
seorang sosok yang dikagumi dan insan yang mempunyai peranan penting dalam
dunia pendidikan. Seorang guru dituntut untuk profesional dan memiliki
ketrampilan. Dalam suatu kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan tidak terlepas
adanya fungsi dan kegunaan.
D. Prestasi Belajar
1.
Definisi
Prestasi Belajar
Prestasi belajar
banyak diartikan sebagai hasil yang telah dicapai siswa dalam pengusaan tugas
atau materi pelajaran yang diterima dalam jangka waktu tertentu. Prestasi
belajar pada umumnya dinyatakan dalam angka atau huruf sehingga dapat
dibandingkan denagn satu kriteria (Prakosa, 1991).
Kemampuan
seseorang dalam pencapaian berfikir tinggi mencapai prestasi belajar dan harus
memiliki tiga aspek, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Prestasi belajar
adalah hasil pencapaina maksimal menurut kemampuan siswa pada waktu tertentu
terhadap sesuatu yang dikerjakan, dipelajari, dipahami dan dterapkan.
Prestasi belajar
diartikan sebagai tingkat keterkaitan siswa dalam proses belajar mengajar
sebgai hasil evaluasi yang dilakukan guru. Menurut Sutratinah Tirtonegoro
(1984:4), mengemukakan bahwa: Prestasi belajar adalah penialaian hasil usaha
kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol angka, huruf maupun
kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa
dalam periode tertentu. Menurut Sunarya (1983: 51), menyatakan bahwa prestasi
belajar merupakan perubahan tingkah laku yang meliputi ranah kognitif, afektif
dan psikomotor yang merupakan ukuran keberhasilan siswa. Untuk mengukur
prestasi belajar menggunakan tes prestasi yang dimaksud sebagai alat untuk
mengungkap kemampuan aktual sebagai hasil belajar atau learning. Menurut Sumardi
Suryabrata (1987 :324), Nilai merupakan perumusan terakhir yang dapat
diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau prestasi belajar siswa selama masa
tertentu. Dengan nilai raport, kita dapat mengetahui prestasi belajar siswa.
Siswa yang nilai raportnya baik dikatakan prestasinya tinggi, sedangkan yang
nilainya jelek dikatakan prestasi belajarnya rendah.
Berdasarkan
uraian tentang prestasi belajar tersebut maka dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar merupakan ukuran keberhasilan kegiatan belajar siswa dalam menguasai
sejumlah mata pelajaran selama periode siswa dalam mengusai sejumlah mata
pelajaran selama periode tertentu yang dinyatakan dalam nilai berbentuk rapor
dan laporan lain seperti nilai.
2.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar
merupakan ukuran keberhasilan yang diperoleh siswa selama proses belajarnya.
Keberhasilan itu ditentukan oleh berbagai faktor yang berkaitan. Menurut
Dimyati mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa
mencakup: Faktor internal dan faktor eksternal.
1) Faktor
Internal
Faktor internal
adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri, yang terdiri dari
kebutuhan atau dorongan motivasi untuk berprestasi.
2) Faktor
Eksternal
Faktor Eksternal
adalah faktor yang berasal dari luar si pelajar. Hal ini dapat berupa sarana
prasana, situasi lingkungan baik lingkungan keluarga, sekolah maupun lingkungan
masyarakat.
3) Faktor
yang berasal dari si pelajar
Faktor ini
meliputi motivasi, perhatian pada mata pelajaran yang berlangsung, tingkat
penerimaan dan pengingatan bahan, kemampuan menerapkan apa yang dipelajari,
kemampuan memproduksi dan kemampuan menggeneralisasi.
4) Faktor
yang berasal dari si pengajar
Faktor ini
meliputi kemempuan membangun hubungan dengan si pelajar, kemampuan menggerakan
minat pelajaran, kemampuan memberikan penjelasan, kemampuan menyebutkan
pokok-pokok masalah yang diajarkan, kemampuan mengarahkan perhatian pada
pelajaran yang sedang berlangsung, kemampuan memberikan tangapan terhadap
reaksi. Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (1990; 270) mengemukakan bahwa faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor dari luar dan faktor dari
dalam. Dari pendapat ahli ini dapt dijelaskan bahwa faktor dari luar dan faktor
dari dalam sangat mempengaruhi prestasi belajar.
5) Faktor
dari luar meliputi:
a. Lingkungan
alam dan lingkungan sosial
b. Instrumentasi
yang berupa kurikulum, guru atau pengajar, sara dan fasilitas serta
administrasi.
6) Faktor
dari dalam meliputi:
a. Fisiologi
yang berupa kondisi fisik dan kondisi panca indra,
b. Psikologi
yang berupa bakat, minat, keceerdasan, motivasi dan kemampuan kognitif.
Dari beberapa
pendapat para ahli tersebut, maka diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar
siswa secara umum dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam diri
siswa itu sendiri dan faktor dari luar diri siswa yang sedang melakukan
kegiatan proses belajar.
E. Konsep Kesebangunan
1.
Kesebangunan
Bangun Datar
Dua
bangun datar dikatakan sebangun jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Panjang
sisi-sisi yang bersesuaian dari kedua bangun tersebut memiliki perbandingan
senilai.
b. Sudut-sudut
yang bersesuaian dari kedua banguntersebut sama besar. Persegi ABCD dan EFGH
dibawah ini:
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Berdasarkan ukuran persegi
tersebut, maka diperoleh hubungan sebagai berikut.
a. Perbandingan
sisi-sisi persegi ABCD dan EFGH
AB
= BC = DC =
AD = 3
EF
FG EG EH
5
Jadi, sisi-sisi yang bersesuaian
dari persegi ABCD dan persegi EFGH sebanding.
b. Bangun
ABCD dan EFGH adalah persegi, sehingga besar setiap sudutnya 900.
Dengan demikian, sudut-sudut yang bersesuaian sama besar.
ÐA
=ÐB =ÐC =ÐD
=ÐE =ÐF =ÐG
=ÐH.
Oleh karena sisi-sisi yang
bersesuaian sebanding dan sudut-sudut yang bersesuaian sama besar, maka persegi
ABCD sebangun dengan EFGH.
2.
Segitiga-segitiga yang Sebangun
Dua buah segitiga
dikatakan sebangun jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Sudut-sudut
yang besesuian sama besar ÐA
=ÐE, ÐB = ÐD
dan ÐC =ÐC
b. Sisi-sisi
yang bersesuaian sebanding.
AB
= AC = BC =
3: 2
ED
EC DC
3. Segitiga-segitiga
yang Kongruen
a. Syarat
Dua segitiga Kongruen (Sama dan Sebangun)
Dua buah segitiga dikatakan sama
dan sebangun (kongruen) jika:
a) Sisi-sisi
yang bersesuaian sama panjang
b) Sudut-sudt
yang bersesuaian sama besar
|
|
|
|
|
|
|
DABC
kongruen dengan DDEF,
sehingga
ÐA =ÐD AB = DE
ÐB =ÐE BC = EF
ÐC =ÐF AC = DF
b. Sifat-sifat
Dua Segitiga Kongruen ( Sama dan Sebangun)
1) Jika
dua buah segitiga memiliki sisi bersesuaian sama panjang, maka kedua segitiga
itu kongruen (sisi,sisi,,sisi).
2) Jika
dua buah segitiga memiliki dua sisi bersesuaian sama panjang dan sebuah sudut
yang diapit sama besar, maka kedua segitiga itu kongruen (sisi, sudut, sisi).
3) Jika
dua buah segitiga mempunyai satu sisi yang bersesuaian sama panjang dan dua
sudut bersesuaian sama besar, maka kedua segitiga itu kongruen (sudut, sisi,
sudut).
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division
(STAD) sebagai upaya meningkatka aktivitas dan prestasi
belajar siswa terhadap
pembelajaran matematika. Penelitian ini bersifat kualitatif sehingga penelitian
ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu suatu upaya untuk
mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan memberikan sebuah
tindakan. Tindakan tersebut dilakukan oleh guru bersama-sama
dengan
siswa di bawah
bimbingan dan arahan guru, dengan maksud memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pembelajaran. Pemilihan metode ini berdasarkan pada tujuan penelitian tindakan
kelas yaitu untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran secara
berkesinambungan yang pada dasarnya melekat pada terlaksananya proses
pembelajaran.
Desain penelitian
yang dilaksanakan terdiri dari dua siklus dengan tiap siklus terdiri dari dua pertemuan
dengan materi
kesebangunan. Pertemuan pada
siklus I dengan materi Kesebangunan Bangun Datar dan Segitiga
Sebangun. Pertemuan pada
siklus II Segitiga Kongruen dan Pemecahan Masalah. Desain
penelitian yang akan dilaksanakan supaya penelitian terarah dan dapat mencapai
tujuan yang diharapkan, maka penelitian yang dilaksanakan adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) yang mengacu kepada teori PTK menurut Jhon
Elliot(Muslhudin2009:72) yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi. Adapun alur pelaksanaan tindakan dapat dilihat pada
gambar 3.1 berikut ini:
Gambar 3.1
Model
Pembelajaran Jhon Elliot
1.
Perencanaan.
a. Merencanakan
pembelajaran yang akan ditetapkan berdasarkan masalah yang akan dipecahkan dan
hipotesis yang diajukan yaitu Kesebangunan dan Kongruen di kelas IX Semester
Ganjil.
b. Menentukan
Kompetensi Dasar pada pelaksanaan tindakan. Siklus I mengidentifikasi bangun-bangun datar yang sebangun dan
kongruen serta mengidentifikasi sifat-sifat dua segitiga sebangun, sedangkan
Kompetensi Dasar pada siklus II Mengidentifikasi sifat-sifat dua segitiga yang
kongruen, Menggunanakan konsep kesebangunan
dalam pemecahan masalah.
c. Menyiapkan
perangkat pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pertemuan ke satu
dan ke dua tiap-tiap siklus. Pada silklus I materi yang dibahas Ppengertian
kesebangunan, menentukan panjang sisi pada dua bangun yang sebangun,
syarat-syarat dua segitiga sebangun, Siklus II materi yang dibahas Gambar dan
Model Berskala, menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan kesebangunan.
d. Menyiapkan
bahan ajar yang berupa LKS, kuis dan tugas
terstruktur sesuai dengan materi yang disampaikan serta menyiapkan
format evaluasi yang berupa soal tes akhir siklus dengan bentuk soal uraian.
e. Menyiapkan
lembar observasi pelaksanaan tindakan yang berisikan pertanyaan tentang
kegiatan siswa, kegiatan guru dalam proses belajar mengajar untuk mengukur
tingkah laku individu siswa ataupun proses kegiatan pembelajaran yang dapat
diamati.
f.
Menyiapkan
angket skala sikap digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan. Skala
sikap yang dipergunakan skala sikap tertutup, artinya alternatif jawabannya sudah disediakan dan responden
hanya tinggal memilih salah satu alternatif
jawaban yang paling sesuai dengan jawabannya. Bentuk skala sikap disusun
menurut skala Guttman yang dikembangkan dengan skla setuju, dan tidak setuju. Skala sikap ini
digunakan untuk mengetahui bagaimana peningkatan aktivitas belajar dan prestasi
belajar siswa pada pemahaman materi yang
telah diajarkan setelah dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
g.
Menyiapkan Jurnal siswa. Jurnal adalah pendapat siswa pada akhir pembelajaran yang telah berlangsung
dalam upaya perbaiakan pada pembelajaran berikutnya. Jurnal harian yang
digunakan pada penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana sikap, perasaan dan respon siswa
terhadap pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD yang
diterapkan setiap pertemuannya.
2.
Pelaksanaan
Tindakan
Pelaksanaan
tindakan mengacu kepada rencana pembelajaran yang telah disusun berdasarkan
kurikulum yang ditetapkan yaitu Kurikulum SMP Negeri 1 Sukaresmi (KTSP) dan
dengan pertimbangan perkembangan pelaksanaan kurikulum dan kegiatan
pembelajaran di kelas.
Pada tahap pelaksanaan tindakan ini, peneliti terlebih
dahulu mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dua siklus yang
mengacu pada Kurikulum SMP Negeri 1 Sukaresmi.
a. Pembelajaran
siklus I
Kegiatan dalam
pembelajaran siklus I terdiri dari dua kali pertemuan yang meliputi:
1) Melaksanaan
pembelajaran mengacu kepada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah
disusun dan disesuaiakan dengan model pembelajaran tipe STAD.
2) Peneliti
meminta siswa untuk melakukan dan mengikuti proses pembelajaran dengan model
pembelajaran tipe STAD dari penyajian
kelas, kegiatan belajar kelompok, menguji kinerja individu, penskoran
peningkatan individu sampai mengukur kinerka kelompok.
3) Pembelajaran
diakhiri dengan adanya tes siklus I untuk melihat keberhasilan pola penyajian
materi dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam upaya meningkatkan
akitivitas belajar siswa dan prestasi belajar matematika khusus pada materi
kesebangunan.
4) Peneliti
melakukan tindak lanjut untuk siklus II dengan cara menyusun serta memperbaiki
rencana selanjutnya berdasarkan hasil tes dan refleksi pelaksanaan siklus I.
b. Pembelajaran
siklus II
Pelaksanaan
Siklus II masih mengikuti pola penyajian
sebagaimana rencana tindakan I yaitu:
1) Membuat
serta merancang pelaksanaan siklus II yang telah di sesuaikan dengan perbaikan
pelaksanaan tindakan dari hasil refleksi dari siklus I .
2) Menerapkan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II tentang gambar dan model
berskala, Segitiga-segitiga Kongruen.
3) Pembelajaran
dilakukan menggunakan model kooperatif
tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan langkah-langkah
penyajian kelas, kegiatan belajar kelompok, menguji kinerja individu,
peningkatan individu, dan mengukur kinerja kelompok.
4)
Memberikan tes siklus II sebagai hasil
akhir dan sebagai bahan penarikan kesimpulan apakah penggunaan model
pembelajaran tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi
belajar matematika di kelas IX B.
5) Peneliti
beserta tim observer menganalisis serta merefleksi hasil pembelajaran siklus
II.
6) Peneliti
dan observer menyimpulkan kegiatan pembelajaran dan hasil penelitian.
3.
Observasi
Pengamatan
penelitian dibantu oleh 2 orang guru sebagai pengamat atau observer.
Pelaksanaan pengamatan selama kegiatan pembelajaran berlangsung yaitu kegiatan
siswa dan kegiatan guru pada saat proses pembelajaran berlangsung . Pada tahap
ini dilakukan tes akhir siklus untuk mengetahui sejauh mana tingkat penyerapan,
pemahaman materi yang diajarkan dengan model pembelajara kooperatif tipe STAD
pemberian jurnal siswa skala sikap siswa
untuk mengetahui respon siswa terhadap prose
pembelajaran matematika, serta lembar kerja siswa untuk mengetahui
sejauh mana tingkat kerja dalam kelompok pada materi Kesebangunan.
4.
Refleksi
Refleksi
dilakukan pada setiap akhir siklus tindakan, refleksi disini mencakup beberapa
hal diantaranya:
a.
Mengumpulkan data hasil pengamatan yang
berupa observasi terhadap kegiatan siswa dan observasi kegiatan guru pada saat
proses pembelajaran.
b. Menganalisa
data hasil pengamatan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung.
c. Menganalisa
aktivitas siswa terhadap proses pembelajaran kooperatif tipe STAD yang bisa
dilihat dari skala sikap siswa dan jurnal siswa.
B. Subyek Dan Lokasi Penelitian
Lokasi
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di SMP Negeri 1 Sukaresmi sekolah ini
beralamat Jalan Mariwati Km 8 Desa Cikanyere Kecamatan Sukaresmi Kabupaten
Cianjur. Subyek Penelitian ini adalah
siswa kelas IX B tahun pelajaran 2010/ 2011, yang berjumlah 43 orang yang
terdiri dari jumlah siswa laki-laki
sebanyak 20 Orang dan jumlah siswa perempuan sebanyak 23 orang. Peneliti memilih kelas IX B sebagai subyek
penelitian karena kelas ini
yang mempunyai daya serapnya
rendah terlihat dari hasil tes
sebelumnya yang belum menunjukan hasil
tidak memuaskan.
C. Waktu Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian
Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada
semester ganjil tahun pelajaran 2010/ 2011, tepatnya dari bulan Juli
2010 sampai dengan Desember 2010.
Waktu yang diperlukan untuk pembelajaran materi Kesebangunan adalah 12 jam, dalam
satu minggu terdiri 2 kali pertemuan, setiap pertemuan terdiri dari 2 x
40 menit. Setiap siklus memerlukan 2 kali pertemuan. Penelitian Tindakan Kelas
ini dilaksanakan dalam 2 siklus sehingga
membutuhkan waktu 6 kali pertemuan yang terbagi menjadi 4 kali pertemuan proses
Siklus I dan II, dan 2 kali pertemuan test akhir siklus.
D. Instrumen Penelitian
Untuk kelancaran
dan keberhasilan
penelitian maka peneliti menggunakan instrument,
sebab data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian (masalah) dan
menguji hipotesis yang diperoleh melalui instrument. Instrumen sebagai alat
pengumpul data harus betul-betul dirancang dan dibuat sedemikian sehingga
menghasilkan data empiris sebagaimana adanya.
Untuk memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan
penelitian ini dan sesuai dengan karakteristik pembelajaran kooperatif tipe
STAD, maka digunakan instrument sebagai berikut.
a.
Tes
Tertulis
Tes adalah penilaian yang komperhensif terhadap
seorang individu atau keseluruhan usaha evaluasi program. Bentuk instrument tes
meliputi: pilihan ganda, uraian objektif, uraian non objektif, jawaban singkat,
menjodohkan, benar-salah, unjuk kerja, dan portofolio.
Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan seperangkat
tes yang berupa soal berbentuk uraian sebanyak 3-5 soal. Adapun pemilihan soal
uraian adalah ingin melihat kemampuan siswa langkah demi langkah dalam
pengerjaannya. Dalam soal-soal bentuk uraian siswa diminta merumuskan, mengorganisasikan,
dan menyajikan jawabannya dalam bentuk uraian. Soal-soal bentuk uraian ini
terdiri dari bentuk uraian bebas dan bentuk uraian terbatas
atau berstruktur.
Tes tertulis ini dilakukan setiap akhir siklus (Tes
Siklus I
dan Tes Siklus II,) dan setiap
siklus siswa diberi LKS. Tes ini bertujuan untuk mengetahui
perkembangan, kemampuan atau
penguasaan materi yang telah disampaikan melalui ketuntasan belajar setiap
individu dan ketuntasan belajar klasikal.
b.
Non
Tes
Hasil belajar
dan proses belajar tidak hanya dinilai oleh tes, tetapi juga dapat dinilai
dengan non tes. Kelebihan dari alat non tes adalah sifatnya lebih komperhensif,
artinya dapat digunakan untuk menilai berbagai aspek dari individu sehingga
tidak hanya menilai aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik.
Alat-alat non tes yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
c.
Observasi
Observasi adalah suatu teknik pengumpulan data tentang
sikap dan kepribadian siswa dalam kegiatan belajarnya dan dilakukan dengan
mengamati kegiatan dan perilaku siswa secara langsung. Observasi sebagai alat
pengumpul data banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupu
proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi yang
sebenarnya maupun dalam situasi buatan.
d.
Jurnal
Jurnal adalah karangan yang dibuat siswa pada akhir
pembelajaran yang telah berlangsung dalam upaya perbaiakn pada pembelajaran
berikutnya. Jurnal harian yang digunakan pada penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui sejauh mana sikap, perasaan
dan respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan model STAD yang
diterapkan setiap pertemuannya.
e.
Skala
Sikap
Skala sikap digunakan untuk
mengetahui respon siswa terhadap
pembelajaran yang dilakukan. Skala
sikap yang dipergunakan skala sikap tertutup, artinya alternatif jawabannya
sudah disediakan dan responden hanya tinggal memilih salah satu alternatif jawaban yang paling sesuai dengan jawabannya.
Bentuk skala sikap disusun menurut skala Guttman yang dikembangkan dengan skala
setuju dan tidak setuju. Skala sikap ini digunakan untuk mengetahui bagaimana
peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa setelah dilakukan pembelajaran
dengan menggunakan medel pembelajaran kooperatif tipe STAD.
E. Instrumen
Penelitian
a)
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana Pelaksaaan Pembelajaran (RPP) adalah satuan
rencana pelaksanaan kegitan pembelajaran dalam kurun waktu tertentu yang
disusun sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran, yang memuat identitas mata
pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indicator, tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai, materi pokok, metode, langkah-langkah pembelajaran, sumber
belajar, media/ alat pembelajaran, serta penilaian/
evaluasi.
RPP merupakan penjabaran lebih lanjut dari silabus dan merupakan persiapan
mengajar bagi guru untuk setiap pertemuan sebagai acuan untuk melaksanakan
proses pembelajaran agar dapat berjalan efektif dan efisien, dengan tujaun
untuk mempermudah dan memperlancar serta meningkatkan hasil belajar.
b)
Lembar
Kerja Siswa (LKS)
Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah suatu sarana untuk
mentransfer pengetahuan dan keterampilan kepada siswa, sehingga penegtahuan
siswa bertambah dan pemahaman serta keterampilan siswa meningkat.
LKS merupakan lembaran duplikat yang diberikan guru
pada siswa untuk melakukan kegiatan belajar mengajar. Proses pembelajaran
berpaduan menuntut suru terampil mengelola proses pembelajaran secara
kooperatif. LKS berfungsi untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dan
mengarahkan siswa dalam belajar mengajar sehingga akan mampu berdiskudi tentang
materi yang sedang dipelajarinya. berlatih berpikir kritis dan objektif, dapat
mengemukakan pendapatnya serta diharapkan mampu menarik kesimpulan.
LKS diberikan kepada siswa dalam kelompok untuk
dikerjakan sesuai dengan petunjuk atau langkah-langkah yang harus dikerjakan
atau dilaksanakan oleh siswa pada setiap akhir siklus, dengan tujuan untuk
mengetahui pemahaman dan kemapuan siswa tentang materi yang diajarkan. Kegiatan
belajar mengajar dengan model pembelajaran koopetatif tipe STAD yang mengguanakan LKS akan
melibatkan banyak siswa secara aktif.
F.
Prosedur
Penelitian
Prosedur yang dilakukan dan
jadwal penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Kegiatan
Awal/ Orientasi dan Observasi
Pada kegiatan ini, peneliti melakukan observasi untuk
mengidentifikasi permasalahan yang menyangkut
kemampuan belajar matematika dan
kompetensi dasar yang pencapaian kemampuan rendah dan dan alat evaluasi yang akan digunakan, maka peneliti
menetapkan kelas IX B adalah kelas yang kemampuan belajar matematikanya rendah
dan motivasi dalam belajarnya kurang sehingga dapat dikembangkan penelitian tindakan kelas
ini.
2.
Persiapan
Sebelum
Tindakan
Pada
tahap persiapan ini
kegiatan yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
a. Berdasarkan
hasil observasi
maka disusunlah suatu komponen-komponen
pembelajaran
yang akan digunakan diantaranya yaitu: bahan ajar, rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS), media, metode, cara evaluasi/ penilaian
instrumen
penelitian dan jumlah tindakan
(siklus) yang
dilakukan.
b. Bersama
guru yang bertindak sebagai observer mendiskusikan dalam menetapkan kelas yang
akan digunakan sebagai kelas penelitian yaitu kelas IX B.
c. Menetapkan
fokus observasi, yaitu faktor siswa meliputi pemahaman dan respon siswa dalam
pembelajaran dengan model STAD.
d. Menetapkan
cara observasi, yaitu akan menggunakan metode observasi terbuka dan akan
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.
e. Menetapkan
jenis data dan cara pengumpulan data yaitu jenis data kualitatif akan
dikumpulkan melalui observasi dan data kuantitatif akan dikumpulkan melalui tes
hasil belajar siswa yang kemudian dianalisis sebagai bahan untuk mengetahui
tingkat kemampuan belajar siswa.
f.
Menetapkan
alat bantu
observasi kamera foto, pedoman observasi
dan hasil belajar siswa.
g.
Menetapkan
cara pelaksanaan
refleksi, yaitu akan dilaksanakan oleh peneliti dan
observer yang akan dilakukan setiap usai
pemberian tindakan dan pelaksanaan
observasi untuk
setiap siklusnya.
3.
Pelaksanaan Tindakan
Pada
kegiatan ini dilakukan implementasi dari penyusunan komponen-komponen
pembelajaran yang telah dipersiapkan sebelumnya. Hasil analisis, evaluasi, dan
refleksi dari setiap pelaksanaan tindakan merupakan bahan masukan, acuan untuk perbaikan tindakan selanjutnya. Beberapa
tindakan yang secara keseluruhan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4
tahapan yang harus dijalani, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan dan
refleksi. Adapun tahapan
pembelajaran pada setiap siklusnya adalah
sebagai berikut:
a. Perencanaan (Planning)
1)
Menyusun rencana pembelajaran,
2)
Merancang pembelajaran dengan membentuk kelompok belajar
siswa
tiap kelompok beranggotakan 4-5 siswa. Pembagian kelompok
dilakukan dengan tingkat
kecerdasan menyebar,
3)
Menentukan kolaborasi dengan teman sejawat sebagai
pengamat,
4)
Menyusun instrumen yang akan digunakan
dalam
siklus diantaranya lembar
tes siklus, lembar observasi, jurnal
harian siswa, dan skala sikap siswa,
5)
Menyusun lembar kerja siswa,
6)
Merancang soal-soal latihan untuk tugas
di rumah sebagai tugas terstruktur.
b. Tindakan (Acting)
1)
Guru mengadakan presensi terhadap kehadiran siswa,
2)
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
sesuai dengan materi yang diajarkan,
3)
Guru menyampaikan kompetensi dasar dan
menginformasikan model pembelajaran
yang akan digunakan,
4)
Guru menjelaskan materi yang akan
dibahas atau penyajian kelas,
5)
Guru menginformasikan kepada siswa agar
duduk dalam kelompok masing-masing yang telah ditentukan sebelumnya,
6)
Guru meminta siswa untuk mengerjakan
soal pada LKS secara kelompok,
7)
Guru meminta siswa mendiskusikan hasil pemikirannya dalam
kelompok,
8)
Guru meminta masing-maslng wakil dari
anggota kelompok secara
bergiliran untuk
menjelaskan hasil kerjanya atau mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan,
9)
Guru memberikan kesimpulan akhir dari diskusi kelas,
10)
Menjelang akhir waktu, guru memberikan latihan pendalaman secara
klasikal untuk mengetahui kinerja kelompok,
11)
Guru memberikan kuis sesuai dengan
indikator yang ditentukan untuk mengetahui kinerja individu,
12)
Guru memberikan pekerjaan rumah atau tugas terstruktur
untuk memperdalam pemahaman materi yang diajarkan.
c. Pengamatan (observing)
1)
Pengamatan terhadap siswa
Pengamatan
terhadap siswa dilaksanakan pada saat proses belajar mengajar oleh observer. Aspek yang
diamali meliputi:
-
Perhatian terhadap penjelasan guru.
-
Keantusiasan dalam mengerjakan tugas.
-
Hubungan kerjasama antar siswa.
-
Keberanian mengerjakan soal di depan kelas.
-
Keberanian bertanya.
2) Pengamatan
terhadap guru
Aspek yang diamati meliputi:
- Menyampaikan
tujuan pembelajaran.
- Memotivasi
siswa.
- Mengaitkan
pembelajaran dengan pengetahuan awal siswa/ prasyarat.
- Menerangkan
secara singkat materi pokok dengan jelas.
-
Mengatur siswa dalam kelompok-kelompok
belajar.
-
Membimbing siswa mengerjakan LKS dengan benar.
- Mendorong
dan membimbing dilakukannya keterampilan kooperatif oleh siswa.
- Memberikan
umpan balik yang berupa soal atau kuis
yang disesuaikan dengan indikator pencapaian.
- Memberi
pekerjaan rumah atau tugas terstruktur untuk penalaman pemahaman materi dan
ketrampilan memecahkan, mengerjakan soal.
d.
Refleksi
(Reflecting)
Refleksi merupakan langkah untuk menganalisis hasil kerja
siswa. Analisis dilakukan untuk mengukur baik kelebihan maupun
kekurangan yang terdapat pada setiap siklusnya kemudian mendiskusikan hasil
analisis secara kolaborasi bersama-sama dua guru yang bertugas sebagai observer
untuk perbaikan pada pelaksanaan
siklus selanjutnya. Maka pada akhir siklus,
aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas IX B di SMP Negeri 1 Sukaresmi dapat
ditingkatkan.
G. Evaluasi Tindakan
Setelah dilaksanakan pembelajaran pada
siklus I dan siklus II, dilakukan evaluasi keseluruhan
tindakan, serta penyempurnaannya kegiatan ini diantaranya;
1. Memeriksa kembali hasil data yang
diperoleh dari kegiatan pembelajaran
yang
dilakukan dengan menganalisis data yang
sudah terkumpul baik
data yang bersifat kualitatif maupun data
yang bersifat
kuantitatif, dengan
cara:
1)
Menganalisis tabel hasil observasi
aktivitas siswa dan guru selama siklus tindakan berlangsung.
2)
Menganalisis respon siswa baik melalui
skala sikap,
jurnal, maupun observasi terhadap pembelajaran matematika
materi kesebangunan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
3)
Menganalisis dan merefleksi keseluruhan tindakan yang
dilakukan.
4)
Menarik kesimpulan dan memberikan rekomendasi tentang implementasi pembelajaran matematika dengan menggunakan model STAD.
2)
Pengumpulan
Dan Pengolahan Data
Pada penelitian ini bersifat kualitatif karena dilaksanakan untuk meningkatkan prestasi siswa dan
kualitas proses belajar mengajar, sehingga
data yang diperoleh
berupa skala sikap, jurnal, lembar observasi, dan tes dianalisis secara deskriptif. Dari hasil analisis
tersebut diperoleh temuan yang akan
dibahas dan dibuat kesimpulannya. Langkah-langkah yang ditempuh dalam menganalisis data penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.
Menganalisis Ketuntasan Belajar
Suatu kelas disebut telah tuntas belajarnya
bila kelas tersebut telah mencapai nilai ≥75. Untuk Menghitung prosentase ketuntasan belajar secara klasikal untuk setiap tes siklus tindakan digunakan rumus berikut:
Selain menghitung prosentase ketuntasan belajar secara klasikal untuk setiap tes siklus
tindakan juga diperoleh analisis prestasi belajar. Prestasi belajar siswa dapat
diketahui dari hasil perolehan nilai pada tes akhir siklus. Siswa dikatakan
prestasinya baik jika memperoleh nilai diatas KKM. Hal ini dapat diketahui dari
daftar nilai tes akhir siklus.
2.
Menganalisis Tingkat penguasaan materi
Penguasaan siswa terhadap materi untuk setiap siklusnya
dapat dibedakan menjadi tingkat penguasaan tinggi, tingkat penguasaan rendah, tingkat penguasaan
rata-rata. Adanya peningkatan rata-rata siswa untuk tiap siklusnya menunjukkan
hal yang positif karena akan meningkatkan prosentase ketuntasan dan penguasaan
materi untuk setiap siklusnya.
3.
Menganalisis Jurnal Siswa
Menganalisis jurnal siswa dengan
mengelompokkan kesan siswa ke dalam kelompok siswa yang berpendapat positif dan
siswa yang berpendapat negatif. Analisis jurnal siswa untuk mengetahui
aktivitas siswa dikelas terhadap pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions
(STAD). Untuk menghitung prosentase pendapat positif atau negatif dapat
dihitung dengan menggunakan rumus:
MP = å siswa yang
responnya positif x 100%
å Seluruh siswa
4.
Menganalisis Skala Sikap (Angket)
Menghitung prosentase respon/tanggapan
siswa menurut Skala Guttman setuju dengan skor (1) dan tidak setuju dihitung
dengan skor (0) maka prosentase jawaban siswa dapat dihitung menggunakan rumus
sebagai berikut:
P = x 100% P
= Prosentase Jawaban Siswa
N
= Frekwensi Jawaban Masimal
F
= Frekwensi Jawaban Responden
Untuk mengetahui bahwa siswa setuju
dan termotovasi dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD jika perolehan
prosentase setuju ≥ 75% serta perolehan prosentase setuju < 75% siswa tidak
setuju atau tidak ada motivasi dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
5.
Menganalisis
lembar Observasi
Lembar
observasi kegiatan siswa dan kegiatan guru yang telah diperoleh dihitung,
diinterprestasikan dalam
kategori
ya dan tidak untuk setiap aktivitas selama kegiatan pembelajaran berlangsung
serta efektifnya model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
6. Menyimpulkan
data.
Langkah penyimpulan hasil penelitian dilihat dari
prosentase motivasi positif dari jurnal siswa, dan sikap siswa/ aktivitas
siswa terhadap penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD yang
diperoleh dari skala sikap siswa serta prosentase ketuntasan belajar setiap
siklus. Indikator keberhasilan tindakan
untuk aspek motivasi, sikap siswa
atau respon terhadap model pembelajaran tipe STAD dan ketuntasan belajar siswa/
pretasi belajar siswa dapat diukur dengan cara berikut:
·
Motivasi Positif= Prosentase Respon
Positif Siklus II – Prosentase Respon positif Siklus I
·
Prestasi belajar siswa= Prosentase
kekuntasan Siklus II – Prosentase Ketuntasan
Siklus I
·
Jika dari selisih motivasi positif ada
kenaikan maka respon siswa dan aktivitas siswa terhadap Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Student Teams Achievement Divisions
(STAD) dalam materi Kesebangunan dapat
diterima.
·
Jika Selisih prosentase ketuntasan siklus I, Siklus II ada peningkatan maka penerapan
model pemeblajaran kooperatif tipe Student
Teams Achievement Divisions
(STAD) dapat meningkatakan prestasui belajar siswa dalam kosep Kesebangunan dan
dapat dibuktikan serta diterima.
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1.
Tahap
Orientasi Kelas
Penelitian Tindakan Kelas ini
dilakukan di SMP Negeri 1 Sukaresmi sekolah ini beralamat Jln. Mariwati Km 8 Desa Cikanyere Kecamatan
Sukaresmi Kabupaten Cianjur. SMP Negeri 1 Sukaresmi termasuk sekolah terbesar
di Kecamatan Sukaresmi dengan jumlah siswa 1116 dan membawahi tiga Cerdas
Seatap (CSA), tenaga pengajar 80% sesuai dengan bidang yang diampu.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas
IX B yang terdiri dari 43 siswa dengan jumlah siswa perempuan 23 orang dan
siswa laki-laki 20 orang.Tingkat kemampuan belajar matematika di kleas IX B
heterogen. Berdasarkan nilai yang diperoleh dari tes sebelumnya menujukkan
bahwa kemampuan dan motovasi belajar matematika pada umumnya di kelas ini menunjukan kelas yang tingkat
kemampuan dan motivasi belajar matematikanya rendah dan tidak memuaskan.
Prestasi belajar di kelas IX B ini masih rendah karena jumlah siswa yang
mencapai nilai diatas KKM yang
ditetapkan masih sedikit. KKM pada semester ganjil mata pelajaran matematika 75
hasil kumulatif perhitungan KKM dari kompetensi dasar yang terdapat pada
semester ganjil.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah diuraikan
maka pada di kelas IX B perlu adanya tindakan yang bervariatif sehingga
perolehan prestasi belajar siswa meningkat maka peneliti mengambil sikap bahwa
pada kesebangunan semester ganjil ini menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Student Teams Achievement Divisions
(STAD) agar pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan KKM. Model
pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams Achievement Divisions (STAD) salah satu model pembelajaran yang tepat
untuk meningkatakan aktivitas belajar siswa karena dengan model pembelajaran
ini siswa mempunyai motivasi yang tinggi untuk meningkatkan kinerja kerja
kelompok, bertanggung jawab, meningkatkan kinerja individu sehingga prestasi
belajar akan meningkat.
2.
Hasil Tindakan Siklus I
a.
Perencanaan
a) Menyusun
perencanaan langkah-langkah penelitian yang akan dilaksanakan bersama dengan
guru serumpun agar guru serumpun yang bertugas sebagai observer mengatahui dan
memahami langkah-langkah penelian pembelajaran dengan model STAD.
b) Menentukan
materi yang akan dijadikan materi atau tsandar kompetensi yang dijadikan bahan
penelitian. Materi yang dijadikan bahan penelitian adalah “Kesebangunan” karena
materi ini termasuk materi yang sulit dimengerti sebagian besar siswa.
c) Menyususn
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk pelaksanaan Siklus I yang terbagi
menjadi dua pertemuan yaitu pertemuan pertama dengan kompetensi dasar “Mengidentifikasi
bangun-bangun datar yang sebangun” serta pertemuan kedua dengan kompetensi
dasar “Mengidentifikasi sifat-sifat dua segitiga sebangun”. Kompetensi dasar
yang dibahas siklus II pertemuan pertama “Mengidintifikasi Sifat-sifat Segitiga
Kongruen” dan pertemuan kedua “Menggunakan konsep kesebangunan dalam pemecahan
masalah”.
d) Mengembangkan
format evaluasi yang berupa tes akhir siklus dengan bentuk soal uraian berstruktur
bertujuan untuk melihat proses pemikiran langkah demi langkah.
e) Menyusun
Lembar Kerja yang berupa soal-soal yang akan diselesaikan oleh tiap kelompok
dan menyusun kuis untuk mengukur peningkatan individu .
f) Mengembangkan
format observasi pembelajaran yang terdiri dari
observasi kegiatan guru dan observasi kegiatan siswa selama kegiatan
belajar mengajar dengan model pembelajaran tipe STAD.
g) Menyusun
Jurnal siswa dan angket skala sikap untuk mengetahui respon dan pendapat siswa
terhadap pembelajaran dengan model tipt STAD.
b. Pelaksanaan Tindakan
Sesuai dengan rencana, pembelajaran matematika
dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pelaksanaan tindakan pada siklus I
dilaksanakan dalam dua kali pertemuan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan
pembelajaran Siklus I terdiri dua pertemuan yaitu pertama dilaksanakan hari Senin tanggal 26 Juli 2010 dan pertemuan kedua hari Rabu
tanggal 28 Juli 2010.
2. Pembelajaran
pada siklus I terdiri dari dua pertemuan waktu yang disediakan adalah 4 x 40
menit untuk penyajian materi, satu kali pertemuan 2 x 40 menit untuk mengadakan
tes siklus I. Kompetensi dasar yang disampaikan pada pertemuan kesatu adalah “Mengidentifikasi
bangun-bangun datar yang sebangun” sedangkan kompetensi dasar yang dibahas pada
pertemuan kedua “ mengidentifikasi sifat-sifat segitiga sebangun”.
3. Membagi
kelompok yang masing-masing terdiri dari 4 s.d. 5 siswa yang heterogen dari
tingkat kemampuan tinggi hingga rendah dan jender.
4. Langkah-langkah
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut:
a.
Guru mengadakan presensi terhadap kehadiran siswa.
b. Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran sesuai dengan materi yang diajarkan.
c.
Guru menyampaikan kompetensi dasar dan
menginformasikan model pembelajaran
yang akan digunakan
serta langkah-langkah penyajian kelas, diskusi kelompok, presentasi, kuis.
d.
Guru menjelaskan materi atau penyajian kelas dengan kompetensi dasar
pertemuan pertama”mengidentifikasi bangun-bangun datar yang sebangun”,
sedangkan pertemuan kedua” Mengidentifikasi sifat-sifat dua segitiga sebangun”
.
e.
Guru menginformasikan kepada siswa agar
duduk dalam kelompok masing-masing yang telah ditentukan sebelumnya.
f.
Guru membagikan LKS 1 untuk pertemuan
pertama LKS 2 untuk pertemuan kedua dan meminta siswa untuk mengerjakan soal
pada LKS secara kelompok guru bertindak sebagai fasilitator membimbing dan
membantu kepada siswa yang mengalami kesulitan.
g.
Guru meminta siswa menjelaskan atau
mempresentasikan hasil pemikirannya dalam kelompok kepada anggota kelompok.
h.
Guru meminta masing-masing wakil dari
anggota kelompok secara
bergiliran untuk
menjelaskan hasil kerjanya atau mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan.
i.
Guru memberikan kesimpulan akhir dari diskusi kelas dan memberikan
penguatan atau penegasan.
j.
Guru memberikan kuis 1 untuk pertemuan
pertama dan kuis 2 untuk pertemuan kedua yang disesuai dengan indikator yang
ditentukan untuk mengetahui kinerja individu, dalam kuis siswa disarankan tidak
bertanya atau bekarjasama sengan siswa lain.
k.
Guru memberikan pekerjaan rumah atau
tugas terstruktur untuk memperdalam pemahaman materi yang diajarkan.
l.
Pada akhir siklus I guru menginfomasikan
individu dan kelompok yang terbaik dan siswa agar mengisi jurnal dan angket
skla sikap untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran pada siklus
c.
Observasi
Observasi dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Sudent Teams
Achievement Divisions (STAD). Observasi dilakukan oleh peneliti dan rekan
serumpun sebagai observer.
Hasil pengamatan siklus I oleh dua observer, didapatkan bahwa dalam melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD), guru telah merapkannya sesuai
dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD tentang kesebangunan. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh
observer, masih terdapat siswa yang
tidak aktif dan respon, sikap siswa terhadap model pembelajaran STAD terhadap
materi yang diajarkan. Masalah lain yang didapat dari pengamatan observer adalah pada awal pembelajaran ada beberapa siswa yang bergurau
pada saat diskusi berlangsung sehingga pembelajaran menjadi kurang optimal.
Berikut adalah tabel
analisis hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kooperatif Student Teams
Achievement Divisions (STAD).
Tabel 4.1
Motivasi Siswa Siklus I
Jenis Motivasi
|
Jumlah
|
Prosentase
|
Positif
|
28
|
65%
|
Negatif
|
15
|
35%
|
Dari tabel 4.1 tentang motivasi siswa yang diambil
dari jurnal siswa pada akhir siklus, jika disajikan dalam bentuk grafik seperti
grafik 4.1 berikut;
Grafik 4.1
Prosentase Motivasi Siswa
Siklus I
Hasil yang didapat dari observasi selain dari jurnal siswa juga didapat
dari angket skla sikap. Berikut sikap siswa terhadap kegiatan belajar dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams Achievement Divisions
(STAD) seperti tersajikan dalam tabel 4.2.
Tabel 4.2
Sikap Siswa Terhadap
Kegiatan Belajar dengan
Model Pembelajaran Tipe STAD
pada Siklus I
Jenis Sikap
|
Prosentase
|
Setuju
|
67%
|
Tidak Setuju
|
33%
|
Dari tabel 4.2 tentang sikap siswa terhadap kegiatan
belajar mengajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang didapat
dari angket skala sikap siswa. Hasil tersebut jika disajikan dalam grafik
seperti tampak pada grafik 4.2 berikut;
Grafik 4.2
Prosentase Sikap Siswa Terhadap Model Pembelajaran
Tipe STAD
Berdasarkan Tabel 4.1 dan Grafik 4.1 tentang
motivasi siswa, aktivitas dari jurnal siswa terdapat 63% siswa yang bermotivasi
positif atau aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran menunjukan bahwa
aktivitas siswa pada siklus I berkategori sedang.Skala Sikap siswa yang
mencerminkan sikap siswa setuju atau tidak setuju dengan model pembelajaran
tipe STAD menunjukkan 67% setuju dan 33% tidak setuju hal ini berarti sikap
siswa pada umumnya belum merespon setuju karena masih belum mengenal
pembelajaran model STAD ini. Data ketuntasan
belajar pada Siklus I dapat di sajikan
dalam tabel 4.3 berikut:
Tabel
4.3
Nilai
Siklus I
NO
|
NAMA
|
KKM
|
NILAI
|
KETERANGAN
|
|
TUNTAS
|
TIDAK TUNTAS
|
||||
1
|
Ade
Setia Saputra
|
75
|
50
|
|
√
|
2
|
Ai
Nur Azizah
|
75
|
75
|
√
|
|
3
|
Ali
Multia Nurdin
|
75
|
70
|
|
√
|
4
|
Ana
Sugiarti
|
75
|
60
|
|
√
|
5
|
Ari
Sopian
|
75
|
78
|
√
|
|
6
|
Aryanti
Rano Pandini
|
75
|
40
|
|
√
|
7
|
Bapo
Calypso
|
75
|
78
|
√
|
|
8
|
Butet
Iis Tamara Gaol
|
75
|
78
|
√
|
|
9
|
Christian
Febrianto L
|
75
|
40
|
|
√
|
10
|
Darania
okthia Dewi
|
75
|
78
|
√
|
|
11
|
Dede
Wahyudi
|
75
|
75
|
√
|
|
12
|
Dewi
|
75
|
78
|
√
|
|
13
|
Diki
Trian anugrah
|
75
|
40
|
|
√
|
14
|
Dominika
Widya A
|
75
|
80
|
√
|
|
15
|
Endra
Gunawan
|
75
|
60
|
|
√
|
16
|
Firas
Cahya Syahadah
|
75
|
30
|
|
√
|
17
|
Fitriyani
|
75
|
78
|
√
|
|
18
|
Heru
Kuswanto
|
75
|
75
|
√
|
|
19
|
Hilda
Widianingsih
|
75
|
78
|
√
|
|
20
|
Iqbal
Ssaepul
|
75
|
50
|
|
√
|
21
|
Ismi
Wulandari
|
75
|
78
|
√
|
|
22
|
Lisda
Nurohmah
|
75
|
78
|
√
|
|
23
|
M.
Dede Riandi
|
75
|
50
|
|
√
|
24
|
Mike
Aqshani
|
75
|
78
|
√
|
|
25
|
Moch.
Abdul Azis
|
75
|
30
|
|
√
|
26
|
Muhamad
Hasanudin
|
75
|
50
|
|
√
|
27
|
Muhamad
Randiyawan
|
75
|
78
|
√
|
|
28
|
Neng
Siti Nurjanah
|
75
|
75
|
√
|
|
29
|
Nur
Apriani
|
75
|
78
|
√
|
|
30
|
Oki
Abdul Muiz
|
75
|
75
|
√
|
|
31
|
Pera
Apriani
|
75
|
78
|
√
|
|
32
|
Redi
|
75
|
40
|
|
√
|
33
|
Reni
Pratiwi
|
75
|
75
|
√
|
|
34
|
Risma
Salaswati
|
75
|
50
|
|
√
|
35
|
Rizki
Mubarok
|
75
|
40
|
|
√
|
36
|
Sandi
|
75
|
40
|
|
√
|
37
|
Sindi
Febria
|
75
|
78
|
√
|
|
38
|
Siti
Nisa Rachmawati
|
75
|
78
|
√
|
|
39
|
Siti
Umayah
|
75
|
80
|
√
|
|
40
|
Sunarti
|
75
|
78
|
√
|
|
41
|
Supriadin
|
75
|
50
|
|
√
|
42
|
Winda
Fitriani
|
75
|
78
|
√
|
|
43
|
Yuli
Wijayanti
|
75
|
78
|
√
|
|
Jumlah
|
|
2804
|
26
|
17
|
|
Rata-rata
|
|
65,2
|
|
|
|
% Tuntas
|
|
|
61
|
|
|
% Tidak Tuntas
|
|
|
|
39
|
|
Tertinggi
|
|
80
|
|
|
|
Terendah
|
|
30
|
|
|
Data ketuntasan siswa
pada siklus I dapat disajikan dalam Grafik 4.3 berikut:
Grafik
4.3
Prosentase
Ketuntasan Siklus I
Memperhatikan tabel 4.3 dan grafik 4.3
tentang ketuntasan hasil belajar siswa siklus I atau prestasi belajar siswa siklus I, terdapat 26 siswa yang nilainya diatas KKM atau 61% dan masih terdapat 17
siswa atau 39% tidak tuntas dari KKM 75 yang
telah ditetapkan. Rata-rata nilai pada akhir siklus I 65,2 dengan nilai tertinggi 80 dan
nilai terendah 30. Secara keseluruhan pembelajaran siklus I ini, masih belum dapat
berjalan dengan baik sehingga masih banyak siswa yang belum mencapai nilai
sesuai dengan KKM yang telah ditetapkan. Kekurangan di siklus I dijadikan acuan
pelaksanaan tindakan siklus II.
d.
Refleksi
Selama siklus I terdapat
beberapa kendala dan permasalahan yang muncul selama pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berlangsung,
hal tersebut disimpulkan dari hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran
selama siklus I berlangsung, hasil diskusi kelompok dalam menyelesaikan LKS,
nilai kuis pada setiap pertemuan, prosentase ketuntasan/prestasi belajar siswa
pada tes akhir siklus yang belum memenuhi KKM yang telah ditetapkan,.
Permasahan tersebut antara lain disebabkan karena:
1)
Siswa belum
menggunakan kesempatan diskusi untuk bercanda dengan teman, sehingga mereka
tidak dapat menyelesaikan LKS tepat waktu. Hal ini diatasi dengan pemberian
penjelasan tentang waktu maksimal yang digunakan saat diskusi kelompok dan
memberi peringatan kepada siswa yang bercanda.
2)
Ada kalimat yang
sulit dipahami oleh siswa dalam LKS yang diberikan. Hal ini diatasi dengan
memeberikan penjelasan kepada siswa tentang maksud pertanyaan dalam LKS.
3)
Masih terdapat
siswa yang kurang memahami materi maupun soal yang diberikan. Berdasarkan hasil
pekerjaan siswa dalam mengerjakan soal kuis setiap pertemuan, nilai yang
diperoleh siswa belum maksimal dan belum terluhat peningkatan prestasi pada
sebagian besar siswa. Berikut tabel 4.4 nilai kuis 1 dan kuis 2.
Tabel 4.4
Nilai Kuis 1 dan Kuis 2 Siklus I
No
|
Rentang Nilai
|
Kuis 1
|
Kuis 2
|
1
|
0,00 – 20,00
|
-
|
-
|
2
|
20,01 – 40,00
|
8
|
5
|
3
|
40,01 – 60,00
|
15
|
14
|
4
|
60,01 – 80,00
|
17
|
18
|
5
|
80,01 – 100,00
|
3
|
6
|
4)
Test akhir
siklus I dilakukan dengan tujuan untuk mengukur prestasi siswa dalam kemampuan
menyelesaikan soal matematika. Nilai ketuntasan siswa pada test akhir siklus I
mencapai 61% yang nilainya mencapai KKM atau 26 siswa yang nilainya mecapai KKM
dan 39% atau 17 siswa yang nilainya belum mencapai KKM yang sudah ditetapkan.
Nilai rata-rata test akhir siklus I 65,2 dengan nilai tertinggi 80, nilai
terendah 30. Rendahnya nilai yang diperoleh siswa dikarenakan lemah dalam
kompetensi menghitung, dan operasi aljabar sebagai prasyarat materi
kesebangunan.
3.
Hasil Tindakan Siklus II
a.
Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi
yang dilakukan pada siklus I maka pada siklus II telah dibuat beberapa tindakan
untuk memperbaiki dan mengurangi kendala yang terjadi selama pelaksanaan
pembelajaran siklus I. Pada siklus II kompetensi dasar yang dibahas pertemuan
pertama adalah “Mengidentifikasi sifat-sifat segitiga kongruen” sedangkan
pertemuan kedua kompetensi dasar yang dibahas adalah “ Menggunakan konsep
kesebangunan segitiga dalam memecahkan masalah”. Untuk pelaksanaan pembelajaran
siklus II berjalan lebih baik maka peneliti.
a)
menyiapkan dan
menyususun RPP pertemuan pertama dengan kompetensi dasar “ Mengidentifikasi
sifat-sifat segitiga kongruen” dan pertemuan kedua dengan kompetensi dasar “
menggunakan konsep kesebangunan segitiga dalam pemecahan masalah”.
b)
Menyusun LKS
yang disesuaikan dengan indikator pencapaian pada RPP yang disusun.
c)
Menyusun Soal
kuis yang disesuikan dengan indikator pencapain pada RPP yang telah disusun.
d)
Menyusun Jurnal
siswa untuk mengetahui motivasi dan aktivitas siswa dalam mengikuti proses
belajar mengajar dengan model pembelajaran kooperatif STAD.
e)
Menyusun angket
skala sikap siswa untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran
matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
f)
Menyusun dan
mengembangkan alat evaluasi atau test siklus II untuk mengetahui ketercapaian
prestasi/ ketuntasan perorangan dan klasikal setelah menerima tindakan siklus
II.
b.
Pelaksanaan
Berdasarkan rencana yang telah disusun, pembelajaran
matematika pada siklus II dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD. Pelaksanaan
tindakan pada siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan
pembelajaran Siklus II terdiri dua pertemuan yaitu pertama dilaksanakan hari Rabu tanggal 4
Agustus 2010 dan pertemuan kedua hari Senin tanggal 9 Agustus 2010.
2. Pembelajaran
pada siklus II terdiri dari dua pertemuan waktu yang disediakan adalah 4 x 40
menit untuk penyajian materi, satu kali pertemuan 2 x 40 menit untuk mengadakan
tes siklus II. Kompetensi dasar yang dibahas pada pertemuan kesatu adalah “Mengidentifikasi
sifat-sifat segitiga kongruen” sedangkan pertemuan kedua kompetensi dasar yang dibahas adalah
“menggunakan konsep kesebangunan dan kongruen segitiga dalam pemecahan masalah”
3. Langkah-langkah
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut:
a)
Guru mengadakan presensi terhadap kehadiran siswa berdoa
untuk kelancaran proses pembelajaran.
b) Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran sesuai dengan materi yang diajarkan.
c)
Guru menyampaikan kompetensi dasar dan
menginformasikan model pembelajaran
yang akan digunakan
serta langkah-langkah penyajian kelas, diskusi kelompok, presentasi, kuis dan
menginfomasikan diakhir siklus akan dirikan penghargaan kepada
kelompok-kelompok yang berprestasi.
d)
Guru menjelaskan materi atau penyajian
kelas dengan kompetensi dasar pertemuan pertama”mengidentifikasi sifat-sifat
segitiga sebangun”, sedangkan pertemuan kedua” Menggunakan konsep kesebangunan
dan kongruen segitiga dalam pemecahan masalah” .
e)
Guru menginformasikan kepada siswa agar
duduk dalam kelompok masing-masing yang telah ditentukan sebelumnya.
f)
Guru membagikan LKS 3 untuk pertemuan
pertama, LKS 4 untuk pertemuan kedua dan
meminta siswa untuk mengerjakan soal pada LKS secara kelompok guru bertindak sebagai
fasilitator membimbing dan membantu kepada siswa yang mengalami kesulitan.
g)
Guru meminta siswa menjelaskan atau
mempresentasikan hasil pemikirannya dalam kelompok kepada anggota kelompok.
h)
Guru meminta masing-masing wakil dari
anggota kelompok secara
bergiliran untuk
menjelaskan hasil kerjanya atau mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan.
i)
Guru memberikan kesimpulan akhir dari diskusi kelas dan memberikan
penguatan atau penegasan.
j)
Guru memberikan kuis 1 untuk pertemua
pertama dan kuis 2 untuk pertemuan kedua yang disesuai dengan indikator yang
ditentukan untuk mengetahui kinerja individu, dalam kuis siswa disarankan tidak
bertanya atau bekarjasama sengan siswa lain.
k)
Guru memberikan pekerjaan rumah atau
tugas terstruktur untuk memperdalam pemahaman materi yang diajarkan.
l)
Pada akhir siklus II guru
menginfomasikan individu dan kelompok yang terbaik dan siswa agar mengisi
jurnal dan angket skala sikap untuk mengetahui respon siswa terhadap
pembelajaran pada siklus II.
c.
Observasi
Berdasarkan hasil observasi
dari observer bahwa pembelajaran telah terlaksana sesuai dengan yang
direncanakan dan berjalan dengan baik. Pada saat diskusi kelompok berlangsung,
jika salah satu anggota kelompok bisa memahami masalah pada soal yang
diberikan, maka siswa tersebut membantu anggota yang lain untuk menjelaskan
permasalahan yang dihadapi. Beberapa kelompok telah memanfaatkan waktu yang
diberikan untuk melakukan diskusi dengan anggota kelompoknya.
Berikut adalah tabel
analisis hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kooperatif Student Teams
Achievement Divisions (STAD) pada
siklus II .
Tabel 4.5
Motivasi Siswa Siklus II
Jenis Motivasi
|
Jumlah
|
Prosentase
|
Positif
|
36
|
84%
|
Negatif
|
7
|
16%
|
Dari tabel 4.5 tentang motivasi/ aktivitas siswa
terhadap proses belajar mengajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) yang diambil dari
jurnal siswa pada akhir siklus, maka prosentase motivasi/ aktivitas siswa pada
siklus II dapat disajikan dalam grafik seperti grafik 4.4 berikut;
Grafik 4.4
Prosentase Motivasi/Aktivitas Siswa Siklus II
Hasil yang didapat dari observasi selain dari jurnal
siswa juga didapat dari angket skala sikap. Berikut sikap siswa terhadap
kegiatan belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement
Divisions (STAD) seperti tersajikan dalam tabel 4.6.
Tabel 4.6
Sikap Siswa Terhadap Kegiatan Belajar dengan
Model Pembelajaran Tipe STAD pada Siklus II
Jenis Sikap
|
Prosentase
|
Setuju
|
86%
|
Tidak Setuju
|
14%
|
Dari tabel 4.6 tentang sikap siswa terhadap kegiatan belajar mengajar
dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD siklus II yang didapat dari
angket skala sikap siswa. Hasil tersebut jika disajikan dalam grafik seperti
tampak pada grafik 4.5 berikut;
Grafik 4.5
Prosentase
Sikap Siswa Siklus II
Berdasarkan Tabel 4.6 dan Grafik 4.5 tentang
motivasi siswa, aktivitas dari jurnal siswa terdapat 84% siswa yang bermotivasi
positif atau aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran menunjukan bahwa
aktivitas siswa pada siklus II mengalami peningkatan yang siqnifikan dari
prosentase motivasi/aktivitas siswa siklus I, hal ini menujukan bahwa sebagian
besar termotivasi positif atau beraktivitas baik dalam proses belajar mengajar
dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions
(STAD). Skala Sikap siswa yang mencerminkan sikap siswa setuju atau tidak
setuju dengan model pembelajaran tipe STAD pada siklus II menunjukkan 86%
setuju dan 14% tidak setuju seperti disajikan dalam tabel 4.6 dan grafik 4.5, hal
ini berarti sikap siswa pada umumnya sudah menujukkan respon setuju dengan
model pembelajara kooperatif tipe STAD dan sebagian besar siswa merasa senang
mengikuti proses pembelajaran. Data
ketuntasan belajar pada Siklus II dapat
di sajikan dalam tabel 4.7 berikut:
Tabel
4.7
Nilai
Siklus II
NO
|
NAMA
|
KKM
|
NILAI
|
KETERANGAN
|
|
TUNTAS
|
TIDAK TUNTAS
|
||||
1
|
Ade
Setia Saputra
|
75
|
75
|
√
|
|
2
|
Ai
Nur Azizah
|
75
|
78
|
√
|
|
3
|
Ali
Multia Nurdin
|
75
|
75
|
√
|
|
4
|
Ana
Sugiarti
|
75
|
75
|
√
|
|
5
|
Ari
Sopian
|
75
|
80
|
√
|
|
6
|
Aryanti
Rano Pandini
|
75
|
50
|
|
√
|
7
|
Bapo
Calypso
|
75
|
85
|
√
|
|
8
|
Butet
Iis Tamara Gaol
|
75
|
80
|
√
|
|
9
|
Christian
Febrianto L
|
75
|
60
|
|
√
|
10
|
Darania
okthia Dewi
|
75
|
85
|
√
|
|
11
|
Dede
Wahyudi
|
75
|
78
|
√
|
|
12
|
Dewi
|
75
|
78
|
√
|
|
13
|
Diki
Trian anugrah
|
75
|
75
|
√
|
|
14
|
Dominika
Widya A
|
75
|
90
|
√
|
|
15
|
Endra
Gunawan
|
75
|
75
|
√
|
|
16
|
Firas
Cahya Syahadah
|
75
|
40
|
|
√
|
17
|
Fitriyani
|
75
|
80
|
√
|
|
18
|
Heru
Kuswanto
|
75
|
78
|
√
|
|
19
|
Hilda
Widianingsih
|
75
|
80
|
√
|
|
20
|
Iqbal
Ssaepul
|
75
|
80
|
√
|
|
21
|
Ismi
Wulandari
|
75
|
85
|
√
|
|
22
|
Lisda
Nurohmah
|
75
|
80
|
√
|
|
23
|
M.
Dede Riandi
|
75
|
70
|
|
√
|
24
|
Mike
Aqshani
|
75
|
85
|
√
|
|
25
|
Moch.
Abdul Azis
|
75
|
50
|
|
√
|
26
|
Muhamad
Hasanudin
|
75
|
75
|
√
|
|
27
|
Muhamad
Randiyawan
|
75
|
85
|
√
|
|
28
|
Neng
Siti Nurjanah
|
75
|
78
|
√
|
|
29
|
Nur
Apriani
|
75
|
80
|
√
|
|
30
|
Oki
Abdul Muiz
|
75
|
80
|
√
|
|
31
|
Pera
Apriani
|
75
|
80
|
√
|
|
32
|
Redi
|
75
|
60
|
|
√
|
33
|
Reni
Pratiwi
|
75
|
75
|
√
|
|
34
|
Risma
Salaswati
|
75
|
75
|
√
|
|
35
|
Rizki
Mubarok
|
75
|
75
|
√
|
|
36
|
Sandi
|
75
|
60
|
|
√
|
37
|
Sindi
Febria
|
75
|
78
|
√
|
|
38
|
Siti
Nisa Rachmawati
|
75
|
80
|
√
|
|
39
|
Siti
Umayah
|
75
|
90
|
√
|
|
40
|
Sunarti
|
75
|
78
|
√
|
|
41
|
Supriadin
|
75
|
75
|
√
|
|
42
|
Winda
Fitriani
|
75
|
78
|
√
|
|
43
|
Yuli
Wijayanti
|
75
|
78
|
√
|
|
Jumlah
|
|
3247
|
36
|
7
|
|
Rata-rata
|
|
75,5
|
|
|
|
% Tuntas
|
|
|
84
|
|
|
% Tidak Tuntas
|
|
|
|
16
|
|
Tertinggi
|
|
90
|
|
|
|
Terendah
|
|
40
|
|
|
Data
ketuntasan siswa pada siklus II dapat disajikan dalam Grafik 4.6 berikut:
Grafik 4.6
Prosentase
Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II
Memperhatikan tabel 4.7 dan grafik 4.6
tentang ketuntasan hasil belajar siswa siklus II atau prestasi belajar siswa siklus II, terdapat 36 siswa yang nilainya diatas KKM atau 84% dan 7 siswa atau 14% tidak tuntas dari
KKM 75 yang telah ditetapkan. Rata-rata
nilai pada akhir siklus II 75,5 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 40. Secara keseluruhan pembelajaran siklus II ini, menunjukkan
peningkatan jumlah dan prosentase ketuntasan atau prestasi belajar siswa . Hal
ini terbukti bahwa pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran
kooperatif type Student Teams Achievement
Divisions (STAD) dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar yang
signifikan.
d.
Refleksi
Refleksi dilakukan oleh
peneliti dengan rekan guru satu rumpun sebagai observer setelah pelaksanaan
pembelajaran pada siklus II berkhir. Dari refleksi menunjukan bahwa pelaksanaan
pembelajaran pada siklus II relatif lebih baik dari pada pelaksanaan
pembelajaran siklus I. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan rata-rata
nilai kuis pada tiap pertemuan. Berikut tabel nilai kuis 1 dan kuis 2.
Tabel 4.8
Nilai kuis 1, dan kuis 2 Siklus II
No
|
Rentang Nilai
|
Kuis 1
|
Kuis 2
|
1
|
0,00 – 20,00
|
-
|
-
|
2
|
20,01 – 40,00
|
5
|
4
|
3
|
40,01 – 60,00
|
15
|
12
|
4
|
60,01 – 80,00
|
17
|
19
|
5
|
80,01 – 100,00
|
6
|
8
|
Jumlah siswa
|
43
|
43
|
Melihat tabel 4.8
lebih aktif dalam menyampaikan jawaban kuis dengan baik dibanding pada
siklus I.
Test
akhir siklus II dilaksanakan bertujuan untuk mengukur peningkatan prestasi
siswa dan kemampuan siswa dalam pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams Achievement Divisions
(STAD). Pada test siklus II ini sebagian besar siswa telah menjawab dengan
memberikan langkah-langkah yang benar dan perhitungan yang tepat serta lengkap.
Dari
hasil test akhir siklus II, sebagian besar siswa sudah dapat menyelesaikan soal
dengan benar. Hasil test menunjukkan adanya peningkatan prosentase pada semua
aspek. Prosentase ketuntasan belajar siswa atau prestasi belajar meningkat
dibanding dari siklus I. Pada test akhir siklus II diperoleh nilai tertinggi
90, nilai terendah 40 dengan rata-rata 75,5 sedangkan prosentase ketuntasan belajar, prestasi belajar siswa 84% yang nilainya ≥75 atau 36 siswa, dan 16% yang
nilainya <75 7="7" atau="atau" bahwa="bahwa" dengan="dengan" hal="hal" i="i" kooperatif="kooperatif" matematika="matematika" menujukkan="menujukkan" model="model" pembelajaran="pembelajaran" siswa.="siswa." tersebut="tersebut" tipe="tipe">Student Teams Achievement Divisions75>
B. Pembahasan
Berdasarkan deskripsi hasil
penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diketahui bahwa penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams Aachievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan aktivitas atau motivasi
siswa dalam belajar matematika dan prestasi belajar siswa terbukti naiknya
ketuntasan belajar siswa pada konsep kesebangunan.
Respon
siswa terhadap pembelajaran dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions
(STAD) pada Konsep Kesebangunan yang didapat dari jurnal siswa setiap
siklus mencerminkan bahwa sebagian besar
siswa termotivasi untuk belajar dan saling bekerjasama serta berani untuk
bersaing untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik.
Berdasarkan hasil dari jurnal
siswa yang diberikan setiap akhir siklus untuk mengetahui respon siswa dan
motivasi serta aktivitas siswa terhadap pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Sudent Teams
achievement Divisions (STAD). Berikut dapat disajikan hasil motivasi atau
aktivitas siswa dari jurnal siswa pada siklus I dan II seperti tabel 4.9 serta grafik
4.7
Tabel 4.9
Prosentase Motivasi/Aktivitas Siswa Siklus I, Siklus
II
No
|
Jenis Motivasi
|
Siklus I
|
Siklus II
|
1
|
Positif
|
65%
|
84%
|
2
|
Negatif
|
35%
|
16%
|
Jumlah
|
100%
|
100%
|
Prosentase Motivasi atau aktivitas siswa siklus I,
siklus II jika disajikan dalam grafik 4.7 berikut:
Grafik 4.7
Prosentase Aktivitas/Motivasi Siswa Siklus I dan
Siklus II
Dari tabel 4.9 dan grafik 4.7 terlihat ada peningkatan aktivitas
siswa atau motivasi siswa siklus I dan siklus II yang siqnifikan. Kenaikan
prosentase yang jenis komentar siswa yang positif dalam jurnal siswa mencapai
19%, sedangkan penurunan komentar siswa yang negatif juga mencapai 19%. Hal ini
terbukti bahwa sebagian besar siswa sampai akhir siklus II semakin senang dan
serius dalam proses belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions
(STAD)
Berikut ini disajikan hasil analisis
skala sikap menggunakan skala Guttman dengan dua macam alternatif jawaban, masing-masing Setuju dan tidak
setuju, untuk yang setuju mempunyai skor 1 dan yang tidak setuju skornya 0. Jumlah
pernyataan di skala sikap seluruhnya adalah 30 pernyataan. Dalam analisis skla
sikap ini diambil prosentase tiap-tiap alternatif jawaban, seperti tersajikan
dalam tabel 4.10 dan grafik 4.8 berikut:
Tabel 4.10
Prosentase Sikap Siswa Terhadap Kegiatan Belajar
dengan
Model Pembelajaran Tipe STAD Siklus I dan Siklus II
Jenis Sikap
|
Siklus I
|
Siklus II
|
Setuju
|
67%
|
86%
|
Tidak Setuju
|
33%
|
14%
|
Jumlah
|
100%
|
100%
|
Prosentase sikap siswa terhadap kegiatan belajar mengajar dengan
model pembelajaran tipe Student Teams
Achievement Divisions (STAD) pada siklus I, siklus II jika disajikan dalam grafik
4.8 berikut:
Grafik 4.8
Prosentase Sikap Siswa pada Siklus I dan Siklus II
Dari tabel 4.10 dan grafik 4.8 terlihat ada peningkatan yang
cukup siqnifikan dari sikap siswa terhadap proses belajar dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus I dan siklus II. Kenaikan
prosentase sikap siswa setuju dengan model pembelajaran STAD yang diperoleh
dari angket skala sikap mencapai 19%, sedangkan penurunan sikap siswa tidak
setuju juga mencapai 19%. Hal ini terbukti bahwa sebagian besar siswa sampai
akhir siklus II semakin senang dan antusias dalam proses belajar dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams Achievement Divisions (STAD)
Berdasarkan hasil test ahkir siklus yang dilakukan
pada Siklus I, Siklus II menunjukkan peningkatan prosentase ketuntasan belajar
pada konsep kesebangunan di kelas IX B seperti terlihat dalam table 4.11 dan grafik 4.9 berikut;
Tabel 4.11
Ketuntasan Belajar/ Prestasi Belajar Siklus I
dan Siklus II
Jumlah Siswa
|
Siklus I
|
Siklus II
|
Tuntas
|
26
|
36
|
Tidak Tuntas
|
17
|
7
|
Jumlah
|
43
|
43
|
Hasil ketuntasan hasil belajar atau prestasi belajar
siswa siklus I dan siklus II dapat disajikan dalam bentuk grafik 4.9 berikut:
Grafik 4.9
Ketuntasan/Prestasi Belajar Siswa Siklus I dan Siklus
II
Dari tabel dan grafik ketuntasan hasil belajar atau
prestasi belajar siswa pada siklus I, siklus II menunjukkan adanya peningkatan
ketuntasan, pada siklus I jumlah siswa yang tuntas 26 siswa dan jumlah siswa
yang nilainya tidak tuntas 17 sedangkan
pada siklus II terdapat 36 siswa yang tuntas, 7 siswa tidak tuntas. Hal
tersebut membuktikan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
Selain tabel dan grafik keaktifan belajar/ motivasi
belajar siswa, Sikap siswa terhadap model pembelajaran STAD dan ketuntasan
hasil belajar, prestasi belajar siswa maka
peneliti dapat menyajikan tabel 4.12 dan grafik 4.10 adalah tabel dan grafik rata-rata hasil belajar siswa siklus I dan
siklus II.
Tabel
4.12
Rata-rata
hasil test siklus I, siklus II
No
|
Kegiatan
|
Rata-Rata
|
|
1
|
Siklus I
|
65,2
|
|
2
|
Siklus II
|
75,5
|
Rata-rata hasil test
siswa dari siklus I sampai dengan akhir siklus II dapat disajikan dalam grafik
4.10 berikut:
Grafik
4.10
Rata-rata test
siklus I, siklus II
Berdasarkan hasil penelitian yang terdiri dari dua
siklus tersebut menunjukkan peningkatkan aktivitas siswa atau motivasi siswa,
prosentase kenaikan prestasi belajar atau ketuntasan belajar siswa, dan
rata-rata hasil belajar siswa yang telah disajikan dan diuraiakan pada
pembelajaran Matematika konsep kesebangunan dengan model pembelajaran
kooperatif type Student Teams Achievement
Divisions (STAD).
Hasil pembahasan penelitian dari mulai tes setiap
siklus, jurnal harian siswa, dan angket skala sikap siswa mengalami peningkatan. Peningkatan aktivitas
siswa setiap siklus menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)
dapat meningkatkan aktivitas siswa dan
motivasi ssiwa untuk belajar. Hal ini disebabkan karena pembelajaran ini di titik
beratkan pada kerjasama dalam kelompok dalam diskusi kelompok memecahkan
permasalahan. Kelompok diskusi yang digunakan dalam penelitian ini beranggotakan 4-5
orang siswa. Menurut Slavin yang dikutip oleh Zainal Aqib dam Elham Rohmanto
(2007:71) pembelajaran secara berkelompok bertujuan agar siswa dapat lebih
mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat
saling mendiskusikan konsep-konsep itu dengan temannya. Dari langkah-langkah
pembelajaran model STAD maka pada penghargaan terhadap kerja kelompok dilihat
dari kerja kelompok disaat berdiskusi, maka ada kelompok super, kelompok baik
dan kelompok biasa. Penilaian kelompok dimulai pada waktu diskusi sampai dengan
presentasi.
Pembelajaran dimulai dengan
memberikan permasalahan terbuka kepada siswa, yaitu peneliti menyajikan LKS
yang dibagikan kepada tiap kelompok. Siswa dikondisikan untuk berinteraksi
dengan kelompoknya, bekerja sama, dan saling membantu satu sama lain dalam
menginteraksikan pengetahuan-pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah
dimilikinya. Selain itu guru selalu memonitor kinerja siswa dalam kelompok.
Guru melakukan hal tersebut agar dapat membantu siswa yang mengalami kesulitan
dalam menghubungkan masalah-masalah yang ada pada soal dengan pengalaman yang mereka
miliki.
Setelah siswa selesai
mendiskusikan masalah yang diberikan, maka kegiatan selanjutnya adalah
pembahasan atau pesentasi kelas. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok
mereka dan menuliskannya pada papan tulis, dengan menulis hasil diskusi
kelompok di papan tulis ini maka siswa dapat mengetahui berbagai alternatif
jawaban dalam memecahkan suatu masalah, hal ini akan memberi pengetahuan yang
lebih kepada siswa.
Berdasarkan uraian tersebut maka
peneliti simpulkan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif type Student
Teams Achievement Divisions (STAD) selain meningkatkan aktivitas dan
motivasi siswa juga meningkatkan prestasi belajar siswa, dengan demikian
hipotesis tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini, yang menyatakan bahwa dengan menggunakan Model
pembelajaran Kooperatif Tipe Student
Teams Achievement Divisions (STAD) pada konsep kesebangunan, maka prestasi
belajar siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Sukaresmi menunjukkan peningkatan yang
signifikan dan dapat diterima.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan penelitian, hasil penelitian, dan
pembahasannya yang terdapat pada bab IV, maka penelian ini yang dilaksanakan di
kelas IX B di SMP Negeri 1 Sukaresmi dapat disimpulkan hasil penelitian,
sebagai berikut:
1. Pembelajaran
dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan
aktivitas siswa kelas IX B SMP Negeri 1
Sukaresmi. Hal ini terlihat adanya peningkatan aktivitas siswa untuk setiap
siklusnya yang dapat diketahui dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa
setiap akhir siklus oleh observer.
2. Berdasarkan
hasil observasi terhadap aktivitas siswa dan aktivitas terhadap kegiatan guru
selama pembelajaran berjalan dengan baik
dan mengalami peningkatan sehingga dapat menggambarkan bahwa siswa senang dan termotivasi dalam belajar matematika.
Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)
terbukti dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran matematika pada konsep kesebangunan
di kelas IX B. Siswa dengan sungguh-sungguh mengikuti proses pembelajaran mulai
dari penyajian kelas, diskusi kelompok, presentasi, kuis, dan penialain kinerja
kelompok. Pada umumnya siswa dapat menggunakan waktu yang tersedia
selama pembelajaran untuk untuk belajar aktif, berani untuk bersaing
antar teman dalam kuis dan saling bekerjasama dalam berdiskusi antar siswa,
mengemukakan jawaban dalam memperoleh prestasi dalam kelompok.
3. Respon
siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams Achievement Divisions (STAD) menunjukkan respon positif yang didapat
dari jurnal siswa setiap siklus, sebagian besar siswa tertarik dan senang
dengan pembelajaran model STAD. Sikap dan respon siswa merupakan salah satu
potensi untuk menciptakan situasi belajar
yang efektif sehingga pencapaian ketuntasan atau prestasi belajar siswa dalam
pembelajaran matematika meningkat.
4. Minat
siswa untuk berkompetisi dalam pemahaman materi dapat diketahui dari
peningkatan kemampuan menjawab kuis dalam setiap pertemuan. Pada akhir siklus I
banyak siswa yang mampu dan berani menjawab kuis dengan benar mencapai 9 orang,
serta pada akhir siklus II banyak siswa yang mampu dan berani menjawab kuis
dengan benar mencapai 14 orang.
5. Prestasi
belajar siswa bisa diketahui dari test
akhir siklus I dan test akhir siklus II mengalami peningkatan yang siqnifikan,
Peningkatan prestasi belajar siswa, peneliti dapat menyimpulkan dari
peningkatan prosentase ketuntasan belajar setiap akhir siklus. Peningkatan
tersebut dari 67% pada siklus I menjadi 84% pada akhir siklus II, dengan
rata-rata dari 65,2 pada siklus I
menjadi 75,5 pada akhir siklus II.
B. Saran
Berdasarkan uraian kesimpulan
tersebut, maka peneliti perlu mengemukakan saran yang bertujuan untuk perbaikan
pada pembelajaran matematika selanjutnya. Adapun sarannya sebagai berikut:
1. Bagi
Siswa
a. Dengan
model pembelajaran STAD siswa termotivasi untuk bertanggung jawab dalam
meningkatkan nilai, mampu bersaing dengan kelompok lain.
b. Model
pembelajaran kooperatif type Student
Teams Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam
belajar.
c. Memperbanyak
latihan mengerjakan soal sehingga mempunyai banyak pengalaman dalam memecahkan
berbagai macam soal dan menyelesaikan dengan jelas dan benar.
2. Bagi
Guru
a.
Guru mempunyai pengetahuan dan
ketrampilan serta menerapkan pendekatan atau model pembelajaran di sekolah.
Sebab dengan pengetahuan dan kemauan
berinovasi dalam penggunaan model pembelajaran, serta memvariasikan kegiatan
belajar mengajar maka minat belajar, motivasi belajar serta aktivitas belajar siswa terhadap pembelajaran
matematika akan tumbuh. Penggunaan model pembelajaran yang bervariatif
bertujuan untuk menghindari kejenuhan siswa. Salah satunya dari model pembelajaran
yang ada adalah model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievement
Divisions(STAD).
b. Model
pembelajaran STAD ini dapat dikembangkan dan dipakai pada kompetensi dasar lain
serta dapat dijadikan bahan penelitian lebih lanjut dengan aspek-aspek berbeda.
c. Penerapan
model pembelajaran STAD ini memberi referensi guru bahwa dengan model
pembelajaran STAD adalah model yang
melibatkan siswa selalu aktif selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
3. Bagi
Sekolah.
a. Model
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams
Achievement Divisions (STAD)
sebagai model pembelajaran alternatif yang digunakan di SMP Negeri 1 Sukaresmi
pada mata pelajaran selain matematika dan disesuaikan dengan karakteristik
masing-masing karena penerapan model STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar
siswa serta prestasi belajar siswa.
b. Sekolah
memberi kesempatan kepada semua guru dalam meningkatkan inovasi dan kemauan
untuk menulis penelitian yang dituangkan dalam RKS maupun RAKS.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi, 1997, Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta: PT. Rineka Cipta
Badan Standar
Nasional Pendidikan, 2006, Kompetensi dan
Kompetensi Dasar
Matematika SMP. Jakarta.
Dimyati dan Mudjiona, 2002 Belajar
Dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka
Cipta
Hamalik Omar, 2004, Proses Belajar
Mengajar, Jakarta: PT Bumi Aksara
Lie Anita. 2002,
Cooperative Learning ; Mempraktikkan
Cooperatif Learning
di
Ruang Kelas.
Jakarta: PT Grasindo.
Muslihuddin,
2008, Kiat Sukses Melakukan Penelitian
Tindakan Kelas dan
Sekolah, LPMP Jawa Barat.
Nana Sudjana.1995.
Penelitian Hasil Proses Belajar mengajar.
Bandung:
Remaja
Rosdakarya.
Nasution, 2004, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar
Mengajar,
Jakarta:
Bumi Aksara.
Nunik Avianti
Agus,2007,Mudah Belajar Matematika Untuk
Kelas IX SMP/MTs, BSE Pusat Perbukuan
Depniknas.
Suharsimi
Arikunto. 1996. Pengelolaan Kelas dan
Siswa. Jakarta: PT Raja
Grafindo
Persada.
Sukadi, 2006, Guru Powerful Guru Masa
Depan, Bandung: Penerbit Kolbu.
Slavin, Robert
E. 2000. Cooperatif learning Theory,
Research, and Practice.
Second
Edition. Noedham height: A. Simon and scuster Company.
.................. 2008. Cooperatif
Learning : Teori, Riset, dan Praktik. Bandung:
Nusa
Media.
Syiful Bahri Djumarah dan
Aswan Zain. 2002. Strategi belajar
Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Widyantini. 2008. Penerapan Pendekatan Kooperatif STAD dalam
Pembelajaran Matematika SMP.
Yogyakarta: PPPPTK Matematika Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar